Sesuai dengan perkataan Tuhan Yesus sebelum naik ke sorga, bahwa para murid akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun (Kis. 1:8), itulah yang terjadi pada hari raya Pentakosta. Pada hari itu murid-murid penuh dengan Roh Kudus. Lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran hinggap pada mereka. Mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain atau bahasa asing yang dapat dimengerti, seperti yang dikaruniakan Roh Kudus kepada mereka untuk mengucapkannya. Bahkan yang luar biasa adalah bahwa banyak umat dari berbagai tempat mengkonfirmasi bahwa para murid telah berkata-kata dalam bahasa mereka tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah. Fenomena tersebutlah yang menghubungkan hari raya Pentakosta dengan hari turunnya Roh Kudus.
Orang-orang Yahudi sendiri pulang ke Yerusalem bukan untuk merayakan hari turunnya Roh Kudus. Mereka justru hendak merayakan hari raya Tujuh Minggu, yaitu hari pengucapan syukur atas hasil panen gandum (band. Kel. 34:21-26 dan Ul. 16:9-12). Hari itu adalah hari berhenti bekerja, hari raya pengumpulan panen, hari pemberian persembahan sukarela sesuai dengan berkat yang diberikan oleh Tuhan. Singkatnya hari itu adalah hari bersukaria, hari berpesta bagi orang-orang saleh Yahudi. Momentum inilah yang dipakai oleh Tuhan Yesus untuk menggenapi janji-Nya. Momentum yang luar biasa untuk menggenapkan bahwa para murid akan menjadi saksi Tuhan di Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi. Bagaimana tidak? Sebeb setelah perayaan hari raya Tujuh Minggu itu atau setelah Pentakosta, banyak orang akan kembali ke negeri asal mereka masing-masing, ke setiap penjuru bumi, ujung bumi dan mem-viralkan apa yang telah mereka lihat dan yang akan mereka dengar.
Perjumpaan sukacita dan pesta orang-orang saleh Yahudi pada hari raya Tujuh Minggu dengan para murid yang dipenuhi Roh Kudus menyediakan ruangan dan waktu yang tepat bagi Petrus untuk berkata-kata. Saat Petrus mengeluarkan suara nyaringnya, seperti ada kuasa yang merubah keriuhan menjadi keheningan. Gema suara Petrus seakan mengatupkan setiap mulut dan membukakan setiap telinga. Tentunya ini karya dan pertolongan Roh Kudus bagi mereka semua. Bagai lidah seorang murid, Petrus berkata-kata dengan penuh semangat dan bagai telinga seorang murid, semua orang mempertajam pendengarannya untuk mendengarkan (band. Yes. 50:4). Petrus mencerahkan semua orang yang mendengarkan dia, bahwa yang sedang terjadi pada para murid adalah penggenapan firman Tuhan yang dinubuatkan oleh nabi Yoel. Nubuat itu adalah bahwa Tuhan akan mencurahkan Roh-Nya ke atas semua manusia, ke atas hamba-hamba-Nya laki-laki dan perempuan.
Pemberitaan firman oleh Petrus dan pendengaran yang tajam dari semua orang adalah karya Roh Kudus yang layak disyukuri. Sebab baik yang memberitakan dan yang mendengarkan sama-sama dituntun dan dibimbing oleh Roh Kudus untuk mengerti firman Tuhan. Roh Kudus mengaruniakan keberanian untuk memberitakan firman dan ketekunan untuk mendengarkan. Ini pula yang mendorong setiap orang percaya untuk meyakini bahwa Roh Kudus selalu aktif berkarya bagi setiap pemberitaan dan pendengaran firman Tuhan.
Selamat Pentakosta!
Selamat menerima, merasakan dan mensyukuri karya Roh Kudus dalam perubahan hidup yang tak menentu ini! (TMP)