Pernahkah Saudara mendengar istilah Filadelfia? Beberapa orang mungkin akan merujuk ke salah satu kota di negara bagian Amerika. Beberapa orang lain akan merujuk pada nama yang umum digunakan oleh kelompok mahasiswa, persekutuan dan gereja tertentu. Tapi tahukah Saudara bahwa istilah Filadelfia juga muncul dalam Alkitab kita? Ya, Filadelfia muncul dalam bacaan kita hari ini. Filadelfia berarti kasih persaudaraan.

Sebagaimana terungkap dalam 1Petrus 1:1-2, surat ini “Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya.” Siapakah para pendatang yang dimaksud? Para pendatang di sini adalah baik orang Yahudi maupun orang non-Yahudi (gentiles) di daerah yang pada masa modern ini kita kenal dengan Turki. 

Kepada orang-orang pendatang ini, Petrus menasihatkan supaya mereka hidup dalam kasih persaudaraan (ayat 22). Nasihat ini bisa dimaknai dalam dua hal. Pertama, mereka menjalin kasih persaudaraan di antara orang percaya. Keberadaan sesama orang percaya dan persekutuan yang erat di dalamnya tentu akan menguatkan mereka menjalani kehidupan sebagai pendatang. Kita dapat melihat bahwa pemaknaan inilah yang ditangkap oleh Alkitab terjemahan BIS (Bahasa Indonesia Sehari-hari) sehingga ayat 22 diterjemahkan: “Karena kalian taat kepada ajaran dari Allah, maka kalian membersihkan diri dan kalian mengasihi orang-orang seiman secara ikhlas.” Tetapi sungguh disayangkan bila kasih persaudaraan ini hanya dimaknai mengasihi orang-orang seiman saja. Itulah mengapa kita perlu pemaknaan yang kedua, yaitu nasihat ini diberikan agar para pendatang menjalin kasih persaudaraan pada siapapun yang mereka jumpai. Identitas mereka sebagai pendatang di kota-kota itu seharusnya bukan menjadi alasan untuk mereka menutup diri. Keberadaan mereka sebagai pendatang justru dapat dimaknai sebagai kesempatan untuk membuka diri dan menyebarkan kasih persaudaraan.

Menariknya, Petrus memberi nasihat dengan keterangan yang spesifik: mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas. Dalam bahasa Yunani, kata tulus ikhlas ini adalah anupokritos yang berarti murni, tulus, tidak munafik dan tidak pura-pura. Keterangan dari Petrus rasanya perlu kita garis bawahi bersama. Apalagi di saat setiap orang memperhatikan kepentingan sendiri; saat segala sesuatu ada pamrihnya; kasih ditunjukkan karena ada maunya; ada udang di balik batu menunjukkan kasih yang pura-pura dan tidak tulus. Bukan kasih semacam ini yang diharapkan Petrus agar dihidupi oleh para pendatang. Kasih yang tulus ikhlas, murni, tidak dibalut kemunafikan dan tidak pura-pura adalah kasih persaudaraan yang harus terus kita upayakan dalam hidup ini. Ayo bangkit untuk mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas! Amin. (DBWE)