“Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya! Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran!” (Mazmur 118:24-25). Inilah ungkapan sukacita pemazmur yang berharap pasti datangnya keselamatan dari TUHAN Allah yang selama-lamanya kasih setia-Nya.

Harapan itu tergenapi dengan datangnya Yesus Kristus sebagai Sang Juruselamat. Dengan menunggang keledai, kendaraan kehormatan bagi seorang raja damai, Yesus Kristus memasuki kota Yerusalem (Zakaria 9:9–10). Ia datang untuk menciptakan kehidupan damai sejahtera dan bukan sebagai raja yang menunggang kuda untuk berperang.

Sebagai umat Allah, dengan sukacita dan pujian syukur kita menyambut misi Yesus Kristus. Seperti yang disampaikan bala tentara sorga menjelang kelahiran-Nya: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Lukas 2:14).

Damai sejahtera yang Yesus Kristus ciptakan adalah kekal, tidak hanya untuk kehidupan di dunia, melainkan juga di akhirat. Siapapun dan kekuatan serta kuasa duniawi apapun tidak mampu menyediakannya. Akan tetapi sebagai umat Allah dan sahabat Yesus Kristus kita dapat menerimanya sebagai anugerah, maka kita bersyukur dan memuji serta memuliakan-Nya.

Ketulusan pujian syukur kita kepada Sahabat yang rela memberikan nyawaNya tidak cukup melalui tutur kata dan doa kita. Akan tetapi harus dengan melanjutkan terus misi Sang Sahabat dalam kerja dan pelayanan kita dimanapun dan kapanpun, yaitu mengupayakan kehidupan damai sejahtera yang memuliakan Allah. (JHW)