Dalam bahasa Ibrani, Mikha berarti “Siapakah yang seperti Tuhan” Ungkapan yang lebih merupakan seruan daripada pertanyaan.  Seruan yang dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada yang lebih berkuasa daripada Tuhan. Mikha yang berasal dari kota kecil di Moresyet (sekitar 38 km di selatan Yerusalem) mempunyai keberanian untuk mengkritik para pemimpin dan penduduk di Samaria, ibukota kerajaan utara (Israel) dan Yerusalem, ibukota kerajaan selatan (Yehuda). Para pemimpin dan penduduk kedua kota itu bukan hanya menyembah ilah lain, namun juga memperlakukan orang miskin dengan tidak adil.  Apa yang Mikha serukan  ini sesungguhnya mengulangi kembali apa yang sudah pernah disampaikan oleh nabi-nabi sebelumnya, yakni Amos dan Hosea. Mikha memperingatkan bahwa Tuhan akan menghukum Israel dan Yehuda. Namun, Mikha juga memberitahukan bahwa kelak Allah akan menyelamatkan umat-Nya. Kelak umat akan kembali ke Yerusalem dan menyembah Tuhan di bait suci.

Dalam seruan-Nya melalui Mikha, Allah juga ingin mengingatkan umat-Nya akan apa yang telah dilakukan-Nya. Allah telah menuntun mereka keluar dari tanah Mesir dan telah membebaskan mereka dari rumah perbudakan. Allah seolah-olah menuntut umat-Nya bagaikan di sidang pengadilan untuk diajak mengingat kebaikan Tuhan. Selanjutnya umat pun merespon dengan pertanyaan: “Dengan apakah aku akan pergi menghadap Tuhan, dengan korban bakaran …. Berkenankah Tuhan kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Pertanyaan retorika, yang jawabannya sudah pasti adalah tidak! Inilah yang Tuhan tuntut bagi semua umat-Nya di sepanjang masa, yaitu berlaku adil, menghormati kejujuran dan kesetiaan, serta hidup dengan rendah hati di hadapan Allah.

Kiranya apa yang diserukan oleh Mikha pada jamannya, kita berlakukan juga dalam kehidupan  pada masa sekarang ini. Kehidupan yang seringkali juga menyatakan begitu banyaknya perbuatan yang tidak takut akan Allah dengan memperlakukan sesamanya tidak adil, tidak jujur sebagai bentuk ketidaksetiaan terhadap-Nya. Dalam kerendahan hati, mari kita dengan berani menyerukan apa yang menjadi seruan Mikha sebagai seorang nabi, dengan peranan kita masing-masing untuk  perwujudan kehidupan yang lebih baik, sebagaimana yang Tuhan tuntut dari kita selaku umat-Nya sepanjang masa. Umat yang telah lebih dulu menerima kebaikan Tuhan melalui karya keselamatan-Nya, selayaknyalah mau menyatakan karya kebaikan juga untuk sesama. Selamat berkarya! (WIT).