“Yesus pernah jadi pengungsi!”, demikianlah seorang teman remaja berhasil membuat saya mengernyitkan dahi. Kala itu, baru pertama kali saya mendengar ada orang yang mengatakan sesuatu yang “aneh” tentang Yesus. Biasanya, Yesus digambarkan sebagai Guru, Gembala, Raja, Juruselamat; yang pasti semua bagus dan positif. Sedangkan Yesus sebagai pengungsi adalah gambaran yang tidak terlalu bagus dan tidak terlalu positif. Keadaan sebagai pengungsi menggambarkan kelemahan, kerapuhan dan penderitaan.

Tapi kali ini kita hendak berfokus pada sosok Yusuf. Sejak awal kisah kelahiran Yesus, sosok Yusuf telah dimunculkan oleh Injil Matius. Mengapa Yusuf? Lebih jauh lagi, mengapa manusia? Bukankah Allah Mahakuasa dan bisa menyelamatkan manusia tanpa melibatkan Yusuf? Jawaban dari pertanyaan ini sederhana: Allah melibatkan manusia dalam karya keselamatan yang dikerjakan-Nya.

Pernahkah Saudara menonton pertunjukan sulap? Tak jarang pesulap mengajak hadirin untuk ikut serta dalam pertunjukannya, bahkan menjadikan hadirin sebagai rekan sulapnya. Mengapa demikian? Karena pesulap itu ingin saudara mengalami “keajaiban” sulap itu dan bukan hanya menyaksikannya dari kursi penonton. Hal serupa dapat kita gunakan untuk menjelaskan karya keselamatan yang Allah kerjakan dalam dunia. Ia memanggil manusia untuk ikut serta karena Ia ingin kita mengalami keselamatan. Ia rindu kita menjadi bagian dari kisah keselamatan yang Ia kerjakan.

Hal lain yang menarik untuk diperhatikan adalah bahwa selalu ada intervensi ilahi dalam pergumulan manusiawi Yusuf. Ketika ia mempertimbangkan untuk menceraikan Maria, malaikat menyapa dia. Ketika ada ancaman pembunuhan bayi-bayi, malaikat memperingatkan dia untuk pergi ke Mesir. Setelah Herodes mati dan tiba saatnya kembali ke tanah Israel, malaikat kembali menampakkan diri dalam mimpi. Bahkan ketika Yusuf takut dan meragu untuk kembali ke tanah Israel, malaikat menasihati dia. Hal ini mau menunjukkan, bahwa ketika kita terlibat dalam karya keselamatan Allah, kita bisa mengalami takut, ragu dan bimbang. Di saat seperti itu, selalu ada intervensi Ilahi yang menolong manusia untuk tetap hidup dalam karya kasih karunia Allah. DWE