Dalam dunia kita, kelemahan/ketidakberdayaan selalu menjadi pusat dari ketidakpedulian. Seperti halnya pengemis buta sejak lahir yang bernama Bartimeus. Ia tidak berdaya karena keterbatasan yang ada dalam dirinya, dan setelah mendengar Yesus dan rombongannya, ia cuma bisa berteriak dan mohon belas kasihan.

Orang sekitar Yesus (baca: murid-murid-Nya) merasa terganggu dengan teriakan Bartimeus, dan menunjukkan ketidakpeduliannya dengan menghardik agar ia diam; rupa-rupanya tidak menyurutkan teriakannya.

Berbeda dengan Yesus yang menunjukkan kepedulian-Nya atas ketidakberdayaan yang dimiliki Bartimeus, Ia berhenti dan berkata: ‘Panggilah dia’. Dalam perjumpaan antara Yesus dan Bartimeus, Yesus mengawali dengan sebuah panggilan. Ini berarti bahwa Yesus memberikan perhatian atau menyatakan kepeduliaan-Nya kepadanya secara khusus, dan bertanya: ‘Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?’ Pembelajaran apakah yang dapat kita teladani dari peristiwa ini?

Yesus memberikan perhatian atas ketidakberdayaan manusia. Yesus memanggil dia, berarti perhatian Yesus tertuju kepadanya dan bukan pada orang lain. Yesus bertanya, apa yang menjadi keinginan/kebutuhan penting dari dirinya. Yesus menyediakan/memberi diri untuk memenuhi keinginan/kebutuhan penting dari dirinya.

Tuhan Yesus memerintahkan murid-Nya untuk merubah penghayatan kepedulian mereka, dengan  kepedulian atas ketidakberdayaan. Mula-mula pengemis buta itu sebagai orang yang mengganggu, tetapi Yesus meminta agar mereka memberikan perhatian kepadanya. ‘Kuatkan hatimu,  Ia memanggil engkau’.

Bartimeus tidak menyia-menyiakan kesempatan yang diberikan oleh Yesus, ia tidak minta segalanya kecuali yang penting bagi dirinya, yaitu dapat melihat/celik matanya.

Yesus adalah sumber segala-galanya, panggilan-Nya adalah bentuk kepedulian atas diri kita yang penuh dengan dosa (baca: buta). Bukankah ini Kasih Allah atas manusia melalui Yesus?

Tugas kita adalah menyatakan kepedulian atas sesama, supaya berjumpa dan memenuhi panggilan-Nya untuk memperoleh keselamatan. MAC