Ketika kita sedang mengalami beban berat dalam kehidupan, mungkin kita akan bertanya, apakah hal itu terjadi karena rancangan Tuhan? Atau, apakah hal itu mesti kita alami karena rancangan kita sendiri yang ternyata keliru? Jika rancangan kita yang salah menyebabkan kehidupan kita terpuruk, barangkali hal itu masih bisa kita pahami dan terima. Namun, jika rancangan Tuhanlah yang mengendalikan kehidupan kita, mengapa beban berat harus kita tanggung? Apakah Allah memang dengan sengaja merancangkan yang buruk buat kita? Ternyata, dalam hidup kita sebagai orang-orang percaya ada momen-momen kegelapan dan ketidakpastian tentang apakah kehendak dan rancangan Allah bagi kita.

Bangsa Israel pernah mengalami masa yang amat berat ketika mereka berada di pembuangan Babel.Yerusalem dengan Bait Allahnya telah hancur menjadi puing, yang berakibat pada remuknya identitas Israel sebagai umat pilihan Allah. Allah seperti telah meninggalkan dan membiarkan umat milik-Nya itu, bahkanseolah Allah masih pula membebani mereka dengan rasa bersalah yang menggayut. Apakah tidak ada lagi masa depan bagi umat itu? Apakah Allah memang sengaja merancangkan kehancuran dan kesengsaraan buat mereka? Israel lalu tercebur dan terjebak dalam ketidakpastian dan keputusasaan yang dalam.

Di tengah situasi seperti itu, datanglah Firman Allah melalui pemberitaan Yesaya, untuk menegaskan kepada umat itu,bahwa Allah akan membebaskan mereka dari pembuangan Babel. Karena, Allah adalah Allah yang setia pada perjanjian yang sudah dibuat-Nya (ayat 3^b). Untuk itulah dengan lantang Allah menyatakan, “Rancangan-Ku adalah membebaskan kamu, karena itu ikutilah rancangan-Ku, dan jangan sekali-sekalikamu mengikuti rancangan serta jalanmu sendiri” (ayat 8). Di tengah keadaan berat dan kegalauan hati umat Israel, Allah meminta mereka untuk tetap memegangi dan memercayai janji-Nya! Hanya dengan cara itu mereka akan mengalami pemulihan dan memperoleh kembali kepastian tentang masa depan mereka.

Sebagaimana yang terjadi pada umat Israel, jika kegelapan dan ketidakpastiansedang menerpa kehidupan kita tentang kehendak dan rancangan Allah, Dia menghendaki dua hal kita lakukan dalam kehidupan kita. Pertama, kita mesti tetap “menyendengkan telinga, datang, dan mendengarkan Dia” (ayat 3^a) serta“mencaridan berseru kepada-Nya” (ayat 6). Berarti, Allah menginginkan kita untuk setia dan tekun menanti-nantikan Dia. Kedua, kita harus “meninggalkan jalan kita dan kembali kepada (jalan) Tuhan”(ayat 7). Artinya, Allah menuntut kita untuk berbalik kepada-Nya danmemercayakan diri sepenuhnyapada rancangan-Nya.

Mengapa Allah meminta kita untuk melakukan dua hal itu? Karena, rancangan dan jalan Allah yangmemang  samasekalitak terbandingkan dengan rancangan dan jalan kita itu (ayat 9) adalah “rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepada kita hari depan yang penuh dengan harapan”(Yeremia 29 : 11).

GKI Kebayoran Baru saat ini sedang merayakan ulang tahunnya yang ke-54, yang persisnya jatuh pada tanggal 25 Februari 2016 yang lalu. Di tengahmelimpahnya ucapan syukur dan ungkapan sukacita, momen ini menjadi makin bermakna jika jemaat ini bisa membuktikan dirinya sebagai satu komunitas beriman yang kokoh dan hangatdari para sahabat. Sebuah komunitas yang di dalamnya  setiap orang dan/atau keluarga yang sedang menggumuli kehendak dan rancangan Allah di tengah beban berat kehidupan mereka tidak akan dibiarkan sendirian. Sebuah komunitas kehidupan di mana setiap orang mengalami sapaan dan rangkulan yang menguatkan dan menyegarkan. Serentak dengan itu, inilah juga saatnya bagi kita untuk memeriksa diri, apakah kita secara bersama telah benar-benar mencari serta mengikutikehendak dan rancangan Allah dalam kehidupan persekutuan dan seluruh pelayanan kita.  (LHP)