Cobalah mengingat-ingat, selama seminggu terakhir ini, atau bahkan, kalau bisa, satu bulan terakhir: siapa saja yang sudah Saudara bawa dalam doa-doa pribadi Saudara? Ada kemungkinan, Saudara ternyata paling banyak berdoa untuk diri sendiri. Atau, paling-paling sedikit meluas kepada orang-orang terdekat yang Saudara kasihi, khususnya anggota-anggota keluarga Saudara.

Firman Tuhan melalui surat Yakobus mengingatkan kita, agar kita tidak bersikap “egosentris” (berpusat pada diri sendiri) dalam doa-doa kita kepada Allah. Kita semua diajak untuk sungguh-sungguh hidup “sebagai orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia” (Yakobus 2:1) untuk membangun kehidupan persekutuan kita dengan cara yang berbeda dari nilai-nilai yang dianut oleh dunia ini. Tanpa kita sadari, nilai-nilai egosentrisme bisa dan sudah merasuki kehidupan doa kita.

Hidup beriman kepada Allah berarti menjadi sahabat-sahabat Allah dan bukan sahabat-sahabat dunia (lihat Yakobus 4:4). Lalu, yang ditekankan oleh Yakobus adalah, agar persahabatan kita dengan Allah itu membawa dampak nyata dalam kehidupan bersama di antara kita. Bagaimana caranya? Yaitu, dengan menyatakan solidaritas kepada saudara-saudara kita di dalam persekutuan.

Nilai-nilai solidaritas itulah yang mesti kita pegang dalam kehidupan kita sebagai orang-orang beriman yang adalah sahabat-sahabat Allah. Sudah pasti ada banyak cara untuk mengungkapkan solidaritas itu secara nyata. Namun, secara khusus kita dipanggil untuk mewujudkannya melalui doa-doa kita buat orang-orang lain, baik yang sedang “menderita” maupun yang lagi “bergembira” (Yakobus 5:13). Dengan cara ini, kita bukan hanya melawan dan meninggalkan watak egosentris dalam diri kita, tetapi juga sekaligus kita membangun kehidupan persekutuan dalam solidaritas doa.

Lalu, siapa saja yang patut kita ingat dan bawa dalam doa-doa pribadi kita? Dalam hal ini, “janganlah iman itu kita amalkan dengan memandang muka” (Yakobus 2:1). Secara konkret, saya ingin menyarankan, pakailah informasi-informasi yang kita peroleh dalam Warta Jemaat yang dibagikan kepada kita di pintu masuk gereja kita. Bawalah Warta Jemaat itu pulang ke rumah, lalu berdoalah buat Saudara-saudara kita yang namanya tertera di sana, baik yang sedang “menderita” maupun yang lagi “bergembira”. Jika setiap orang dari kita berdoa buat yang lain, kita sebenarnya sudah saling mendoakan. Dan dengan demikian kita telah pula membangun kehidupan persekutuan jemaat kita dalam solidaritas doa! (LHP)