Ada 2 (dua) model percakapan yang menarik terjadi dalam Perikop kita hari ini, yaitu:

1.       Percakapan orang buta yang yang dicelikkan Yesus, orang banyak (tetangga-tetangga) yang merupakan masyarakat Yahudi pada umumnya dan orang-orang Farisi. Mereka sedang mempercakapkan bagaimana mungkin dapat terjadi bahwa orang yang diektahuinya buta sejak lahir dan kini orang buta itu dapat melihat. Bagi masyarakat Yahudi dan orang Farisi, mereka memiliki pengajaran yang menghubungkan konsep dosa dengan sebuah penderitaan. Ini beraarti, mereka menganggap bahwa orang buta itu adalah orang berdosa, akibatnya orang-orang seperti ini jika ada di sekitar mereka, haruslah dikucilkan, di asingkan, dijauhi karena dianggap najis/ tidak layak bahkan tidak boleh masuk dalam rumah-rumah ibadah. Hasil percakapan mereka bahwa mereka  tidak menemukan titik temu (jakan keluar) malahan terjadi perdebatan diantara mereka.

2.       Percakapan sekaligus perjumpaan  Yesus dengan orang buta tersebut. Percakapan dan perjumpaan ini merupakan perjumpaan yang menghidupkan, yang membukakan tidak saja mata jasmani orang buta tersebut tetapi juga mata rohaninya. Disini Yesus tidak saja menyentuh bagian jasmani, Yesus juga menyentuh bagian rohani dari orang buta ini untuk dapat melihat dan mengalami bahwa perjumpaan dia dengan Yesus adalah perjumpaan yang bersifat kekekalan, memebrikan hidup yang kekal.

Dalam dua model percakapan di atas, manakah yang sering kita lakukan dalam kehidupan ini? Tidak jarang kita memilih berdebat bahkan mempergunjingkan hal-hal yang dialami oleh sesama kita dalam pengalaman imannya dengan cara meragukan dia bahkan mempertentangkannya dengan model-model cara berpikir kita yang masih  menggunakan akal manusia kita yang terbatas;  ketimbang kita berdiam diri dan membuka diri untuk dapat berjumpa juga dengan Yesus dan mengalami pengalaman iman yang baik seperti yang di alami orang buta dalam perikop kita.

Dalam penghayatan kita bersama di Minggu Pra Paskah, marilah kita datang kepada TUHAN dan membuka diri di hadapan-Nya, agar TUHAN juga mencelikkan mata jasmani dan rohani kita  (seluruh kehidupan kita) untuk dapat melihat lebih banyak lagi bahkan mengalami serta mendapatkan arti berharganya kehidupan ini  jika  Yesus didalam kita dan kita di dalam-Nya. Sehingga kita pun dapat menjadi berkat dengan memproklamasikan serta meneruskan pekerjan-pekerjaan Allah itu yang sudah dinyatakan dalam kehidupan kita untuk dapat juga dialami oleh keluarga, kerabat dan sesama kita yang kita jumpai dalam keseharian kita. SELAMAT MENGALAMI HIDUP BERSAMA TUHAN. AMIN (RJT)