Salah satu formulasi liturgi perjamuan kudus bersumber dari perkataan-perkataan Yesus dalam Injil. Dalam Injil Matius: “Ambillah, makanlah, inilah tubuhku” (26:26) dan “Minumlah, kamu semua dari cawan ini” (26:27). Dalam Injil Markus: “Ambillah, inilah tubuh-Ku” (Mrk. 14:22) dan “Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang.” (14:24). Dalam Injil Lukas: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (22:19) dan “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu” (22:20). Semua ini dikatakan Yesus pada saat perjamuan malam, sementara dalam Injil Yohanes, Yesus menyampaikannya dalam rangka menyebutkan diri-Nya sebagai roti hidup dan mengatakannya sebagai “daging-Ku” (bdk. 6:51) bahkan Dia mengatakan: “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup kekal.... Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tiggal dalam Aku dan Aku di dalam dia.” (6:54-56).

Secara khusus dalam Injil Lukas, perjamuan itu minta diperbuat (baca: dilakukan) dalam rangka mengingat Yesus Kristus. Kata ‘peringatan’ dalam ayat 19 diterjemahkan dari kata Yunani anamnesin yang artinya ingatan. Kata ini berasal dari kata dasar anamnesis yang artinya ingatan yang disengaja; ingatan aktif; dilakukan untuk lebih menghargai efek, akibat, pengaruh atau kesan dari peristiwa yang terjadi. Tentu yang dimaksud adalah pengorbanan dan pengurbanan Yesus Kristus, bagi penebusan manusia. Dengan kata kerja anamimnesko yang artinya mengingatkan; menyelesaikan proses. Dengan akar kata mimnesko yang artinya memutar pikiran ke arah; mengingat kembali (mengenang) baik mencakup peristiwanya, waktunya, orang-orangnya serta pengaruh dan kesan dari peristiwa itu.

Inilah sekaligus makna perjamuan kudus itu, yaitu agar setiap orang percaya yang melakukannya mengingat siapa Yesus Kristus. Mengingat setiap detail hidup-Nya yang diungkapkan Alkitab kepada kita melalui pembacaan, pendengaran dan permenungan. Mengingat semua karya kasih-Nya dalam hidup manusia yang memberi kesan dan pengaruh yang luar biasa, terutama dalam keyakinan iman, yaitu kita menerima penebusan dan pengampunan-Nya. Teramat khusus mengingat penderitaan dan kematian-Nya dalam ketaatan-Nya kepada Allah Bapa demi penyelamatan umat manusia.

Dalam semangat anamnesis, kita semua, orang yang mengaku percaya pastinya tidak hanya mengingat dengan sengaja dan aktif Tuhan Yesus dalam perjamuan kudus saja. Tetapi juga kita butuh aktif dan sengaja mengingat Dia dalam seluruh hidup kita. Pada puncaknya anamnesis terhadap Kristus itu justru harus lebih terlihat dan terasa melalui cara hidup kita yang rela berkorban demi sesama manusia. Bukti cinta Allah yang kita rasakan, kita nikmati dan kita peringati, kita diteruskan kepada dunia yang sedang kelaparan dan kehausan cinta dan pengampunan Allah. TMP