Jangan pernah membayangkan bahwa menjadi pengikut Kristus, maka mereka akan
memperoleh kehidupan nyaman, sejahtera, makmur dan berbagai keadaan yang mengenakan.
Masih berhubungan dengan kehidupan umat Tuhan di tengah tekanan pada abad pertama
(Renungan Warta Jemaat – 14 Mei 2017), kenyataan itu jauh berbeda dengan kehidupan kita pada
masa kini. Sekalipun demikian, bukan berarti kehidupan orang Kristen kini tidak mengalami
persoalan dan pergumulan. Hal yang harus kita sadari sebagai pengikut Kristus, maka orang
Kristen akan tetap menderita akibat perlakuan yang tidak adil, karena imannya terhadap Kristus.
Hidup di dalam Kristus, berarti pilihan terhadap kesadaran yang telah diputuskan dengan segala
resiko dan konsekuensinya. Petrus menegaskan dan mengingatkan bahwa orang Kristen
sesungguhnya sedang melalui jalan yang pernah dilalui Tuhan dan Juruselamatnya.

“Kuduskanlah Kristus dalam hatimu”, mengingatkan kepada kita akan kebengisan penguasa
tertinggi dengan kekuasaan, ambisi dan tindakannya yaitu Kaisar Romawi (Nero). Dia bukan hanya
orang yang berkuasa, namun menempatkan diri dan minta diakui sebagai yang ilahi. Sang kaisar
minta kepada rakyat untuk tunduk dengan segala perintahnya, bukan hanya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara namun memuja dan menyembahnya. Oleh karena kaisar
menempatkan diri sebagai dewa, terjadilah pergumulan iman bagi orang Kristen karena
bertentangan dengan keyakinan. Bagi orang-orang Kristen bukanlah kaisar yang disembah
sekalipun ia menjadi pemersatu bangsa. Iman Kristen yang mereka hayati telah menyatukan diri
pada penghayatan, Yesus Kristuslah yang layak untuk disembah dan diagungkan. Dengan percaya
dan mengakui Yesus yang telah ditetapkan Allah (Kristus), maka mereka mendapatkan
keselamatan. Tidak ada penguasa lain selain Kristus yang layak untuk dipuji dan diagungkan.
Karena kepercayaan yang hanya tertuju kepada Kristus sajalah, menjadikan orang-orang percaya
diperlakukan dengan tidak adil, difitnah, dianiaya, ditakut-takuti dan diancam.

Iman Kristen sesungguhnya mengajarkan kepada kita untuk membedakan “wilayah” iman
dengan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Meskipun hidup sebagai orang percaya
penuh perjuangan dan derita mereka tetap mengakui kaisar sebagai pemimpin bangsa, pemersatu
wilayah kekaisaran dan juga orang yang ditetapkan Allah untuk mengatur pemerintahan. Dengan
tanggungjawab iman, maka orang percaya tidak akan kehilangan kepercayaannya untuk mengakui
secara ilahi, Kristus yang adalah Tuhan dan Juruselamatnya di dalam hidup dan hati mereka.
Merekapun tidak kehilangan penghargaan mereka, untuk hormat dan tunduk pada kaisar dalam
menjalankan roda pemerintahan.

Sebagai anak bangsa yang hidup di tengah masyarakat majemuk dan berjumpa dengan
saudara yang berbeda keyakinan, panggilan kita dalam hidup bersama adalah menempatkan
tanggungjawab kita dengan sikap, tutur kata, tindakan, cara pandang yang membangun disertai
kejujuran, adil dan bijaksana. Dengan tidak mudah terprofokasi dan berpendirian teguh pada
perbuatan yang benar, maka sesungguhnya kita telah ikut ambil bagian menguduskan Kristus
dalam hidup yang kita jalani. Kristus yang kita rayakan dalam peristiwa paskah, adalah Kristus
yang memampukan kita untuk menjalani hidup bermasyarakat dengan cara yang baik. Melalui
hidup yang kita wujudkan, maka orang (masyarakat) akan melihat Kristus yang hadir dalam
panggilan kita sebagai orang beriman. Amin. (SRS).