Dalam Injil Lukas 15:7, Tuhan Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."

Apa yang Tuhan Yesus ungkapkan menunjukkan betapa luar biasa dampak pertobatan bagi suasana di tahta sorgawi. Pertobatan menghadirkan sukacita di sorga. Pertobatan mengubah suasana hati Allah. Jika dosa membuat hati Allah sangat bersedih, bahkan bisa murka, maka pertobatan membuat hati Allah merasa penuh sukacita dan bahagia. Kebahagiaan itulah yang membuat Allah mengurungkan murka-Nya sebagai wujud hukuman atas dosa yang dilakukan oleh penduduk Niniwe. Alkitab mengungkapkan, “… maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya.” (10)  

Kata “menyesal” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: merasa tidak senang atau tidak bahagia (susah, kecewa, dan sebagainya) karena (telah melakukan) sesuatu yang kurang baik (dosa, kesalahan, dan sebagainya). Tentu saja Allah tidak berdosa atau melakukan kesalahan dengan apa yang sudah dirancang-Nya, tetapi Allah tidak merasa bahagia dengan apa yang dirancang-Nya, yaitu menghadirkan malapetaka untuk meluluhlantakkan Niniwe.

Pernahkah Saudara mengurungkan niat yang membara untuk melakukan sesuatu sebagai tindakan penghukuman atas seseorang? Allah telah melakukannya.  Tindakan Allah menyesal sehingga mengurungkan niat menunggangbalikkan Niniwe, terkait sangat erat dengan penyesalan Raja serta seluruh rakyat Niniwe atas apa yang tidak baik, yang selama ini mereka lakukan. Ketika Yunus memaklumkan bahwa dalam waktu empat puluh hari lagi Niniwe akan ditungggangbalikkan, Raja Niniwe segera merespons dengan tepat seruan Yunus. Kepada seluruh rakyat Niniwe ia berpesan: "Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air. Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa." (7-9)

Puasa atau perkabungankah yang membuat Allah menyesal? Bukan. Sebab puasa dan perkabungan tanpa perubahan tindakan sama sekali tidak berarti apa-apa. Allah mengurungkan kehendak menghukum Niniwe, karena Raja beserta seluruh rakyat Niniwe menunjukkan perubahan nyata dalam sikap serta tindakan mereka. Masing-masing berbalik dari tingkah laku yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukan.

Mari kita renungi kehidupan kita. Jika kita hidup dengan sikap dan tindakan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, marilah kita segera menyesalinya dan meresponsnya dengan pertobatan, berbalik dari itu semua dan mulai  melakukan  semua hal yang berkenan bagi Tuhan. Inilah yang membuat Tuhan bersukacita, berbahagia, sehingga Ia menyesal dan mengurungkan kehendak-Nya, sekalipun Ia sudah berencana menimpakan hukuman kepada kita.

Selamat hidup dalam pertobatan. (JWP)