Hari ini gereja merayakan Minggu Palma, peristiwa di mana kita mengenang masuknya Yesus ke Yerusalem. Sekalipun kedatangan-Nya ke kota suci dielukan dengan lambaian daun palem dan hamparan kain serta dedaunan, Yesus bukan datang memberikan diri sebagai raja seperti yang mereka harapkan. Kehadiran-Nya memasuki Yerusalem justru menuju jalan penderitaan dan untuk menyerahkan hidup-Nya guna keselamatan manusia. Di kota yang menjadi kiblat bagi orang percaya dan berkumpulnya umat Tuhan dari berbagai penjuru dunia, Yesus akan dibantai dan diperlakukan secara tidak manusiawi.

Pemazmur mengungkapkan melalui perenungan dan pergumulannya, di atas terang yang menyingsising tampaklah kegelapan yang ngeri, suatu keadaan yang sesak, kepilian hati, putus asa dengan datangnya penghinaan dan keadaan yang dirasa tidak menentu. Tiada daya untuk membela diri, tiada kepedulian dari orang lain atas beban dan penderitaan yang harus ditanggungnya. Kenyataan pahit harus diterimanya, dengan disingkirkan oleh lingkungan pergaulan. Permohonan agar dirinya diselamatkan dan dilindungi dari musuhnya juga merupakan perjuangan yang seolah tidak ditanggapi Tuhan. Jalan penderitaan dan ketertundukan diri rupanya menjadi bagian dari proses hidup yang dipatuhi. Apa yang dialami Pemazmur mirip dengan jalan sengsara yang ditanggung Yesus yang mempercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan meminta agar kasih setia Allah dinyatakan. Pemazmur yakin jika ia mati, maka ia terputus dari kasih setia Allah, oleh karena itu ia minta diselamatkan agar mampu memashurkan Allah yang setia.

Masuknya Yesus ke Yerusalem mendekati Paskah berarti semakin dekat dengan kematian-Nya. Yesus mengetahui jika Ia menyerahkan kehendak Bapa-Nya, sebagai Anak Allah yang melayani manusia, Ia tidak jauh dari Allah sendiri. Yesus justru menyatakan kasih setia Allah yang mengutus-Nya dengan jalan penderitaan dan maut, melalui salib kuasa jahat dipatahkan, Yesus ditinggikan dan orang banyak dibebaskan.

Memasuki Minggu Sengsara dalam rangkaian Minggu Palma – Kamis Putih – Jum’at Agung – Sabtu Sunyi – Minggu Paskah, hendaknya kitapun belajar menggunakan Mazmur ini sebagai doa. Tetap percaya sekalipun menderita, adalah perjuangan iman dalam meneladan Yesus melalui ketertundukan diri agar kehendak Bapa yang terwujud, bukan kehendak-ku yang terjadi. Amin.  (SRS)