Di dalam kitab Keluaran, kita melihat bagaimana Musa mempersiapkan umat, untuk masuk ke Tanah Perjanjian. Ada banyak nasihat dan petunjuk bagi umat, berkaitan dengan bagaimana mereka harus hidup di tanah yang telah dijanjikan oleh Tuhan. Bacaan Alkitab kita hari ini, juga punya semangat yang serupa. Kepulangan bangsa Israel dari Babel, juga dapat dipandang sebagai peristiwa keluaran kedua. Nabi Yesaya menyampaikan firman TUHAN, dalam rangka mempersiapkan umat, untuk menjalani kehidupan pasca pembuangan. Apa saja yang harus bangsa Israel persiapkan ketika mereka pulang dari pembuangan?

1.   Pertobatan

Penyebab bangsa Israel ada di pembuangan adalah ketidaksetiaan mereka pada Allah dan penyimpangan dari jalan keadilan dan kebenaran, sebagaimana terungkap dalam Yesaya 1:4, “Celakalah bangsa yang berdosa, kaum yang sarat dengan kesalahan, keturunan yang jahat-jahat, anak-anak yang berlaku buruk! Mereka meninggalkan TUHAN, menista Yang Mahakudus, Allah Israel, dan berpaling membelakangi Dia.”, dan Yesaya 1:21, “Bagaimana ini, kota yang dahulu setia sekarang sudah menjadi sundal! Tadinya penuh keadilan dan di situ selalu diam kebenaran, tetapi sekarang penuh pembunuh.” Tuhan ingin kehidupan pasca pembuangan merupakan kehidupan yang diisi dengan pertobatan. Pertobatan paling nyata adalah dengan menunjukkan perubahan hidup seperti difirmankan Tuhan: menaati hukum-Nya dan menegakkan keadilan, memelihara Sabat dan menahan diri dari perbuatan jahat (ayat 1&2).

Firman Tuhan dalam Yesaya ini begitu dekat dengan kondisi umat Tuhan masa kini. Keselamatan dari Tuhan seharusnya mendorong kita untuk bertobat. Jika selama ini kita telah menjadi pelanggar hukum kasih, sudah saatnya kita menaati hukum itu. Jika selama ini kita menjadi penonton ketidakadilan, sudah saatnya bagi kita untuk menjadi pejuang keadilan.

2.   Keselamatan Bagi Bangsa Lain

Sudah sekian lama umat Israel percaya bahwa mereka umat terpilih. Mereka membuat kriteria siapa yang boleh dan tidak boleh masuk jemaah TUHAN. Hal ini terungkap dalam Ulangan 23:1 “Orang yang hancur buah pelirnya atau yang terpotong kemaluannya, janganlah masuk jemaah TUHAN.” Kehidupan pasca pembuangan adalah kehidupan yang ditandai dengan keterbukaan. Oleh TUHAN, orang asing yang ingin menggabungkan diri, justru dirangkul dan dikuatkan, agar tidak merasa minder di tengah bangsa Israel. Sebagaimana diungkapkan di ayat 4-7, “kepada mereka akan Kuberikan dalam rumah-Ku dan di lingkungan tembok-tembok kediaman-Ku suatu tanda peringatan dan nama ..., mereka akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku ...” Kehidupan pasca pembuangan, menuntut mereka mengubah pandangan teologis mereka atas bangsa lain: mereka juga dikasihi Allah. Tidak hanya bangsa Israel, bangsa lain juga menerima keselamatan dari Allah, selama mereka memilih apa yang Tuhan kehendaki dan berpegang pada perjanjian-Nya (ayat 4).

Kehidupan umat masa kini, juga tak lepas dari paradigma yang sama: gemar menentukan siapa yang selamat dan tidak, gemar menentukan siapa insider dan outsider, gemar membedakan “mana kelompokku dan mana bukan kelompokku”. Firman Tuhan hari ini, mengajak kita untuk membuka diri, sebagaimana Allah dalam sejarah membuka diri, memberi anugerah pada bangsa-bangsa lain. Tuhan menolong umat-Nya. Amin. (DWE)