Apa yang kita rasakan ketika mendengar hari Tuhan sudah dekat? Apakah merasa tenang-tenang saja, atau kita merasa khawatir, takut sampai panik? Mengapa kita takut? Apakah hari Tuhan selalu identik dengan hari kiamat atau akhir dari dunia. Saya teringat menjelang tahun 2000, saat itu diisukan bahwa tahun 2000 akan terjadi kiamat, saya masih duduk di bangku kelas 1 SMP, saya berpikir apakah dunia benar-benar akan berakhir sedangkan saat itu saya masih muda. Akhirnya saya memutuskan untuk mengisi waktu yang tersisa itu, dengan menjadi anak yang penurut dan melakukan perbuatan baik. Tahun 2000 pun berlalu, dan dunia tidak kiamat. Saya pun mengambil kesimpulan, bahwa hari Tuhan bukanlah soal kapan waktu terjadinya, tapi hari Tuhan adalah tentang apa yang akan kita lakukan atau kita persiapkan saat hari itu tiba.

Nabi Zefanya menyerukan, agar umat Yehuda bersiap untuk menyambut hari Tuhan yang sudah dekat. Menurutnya hari Tuhan itu adalah hari penghukuman seperti yang diungkapkan dalam ayat 12-18: “Tuhan akan menggeledah Yerusalem dengan memakai obor dan menghukum orang-orang yang telah mengental  seperti anggur di atas endapannya dan yang berkata dalam hatinya: TUHAN tidak berbuat baik dan tidak berbuat jahat!” (ay 12). Harta kekayaaan mereka akan di rampas (ay 13), Hari Tuhan pahit, pahlawanpun akan menangis (ayat 14), hari kegemasan, hari itu hari kesusahan dan kesulitan, hari kemusnahan dan pemusnahan, hari kegelapan dan kesuraman, hari berawan dan kelam (ay 15), Mereka tidak dapat diselamatkan oleh perak dan emas pada hari kegemasan Tuhan (ay 18). Seruan Zefanya ini menggambarkan murka Tuhan yang amat besar atas umat Yehuda.  Murka Tuhan atas umat Yehuda bukan tanpa sebab. Pada masa menjelang pemerintahan Yosia, umat Yehuda telah jauh dari Tuhan. Mereka lebih memilih beribadah kepada dewa-dewa, salah satunya dewa Milkom (ay 5). Umat Yehuda tidak lagi mencari Tuhan dan tidak menanyakan petunjuk-Nya (ay 6). Umat Yehuda benar-benar menjauh dari Tuhan. Seruan Nabi Zefanya ini, agar umat dapat introspeksi diri dan segera berbalik, tidak ada waktu lagi untuk menunda, karena hari itu sudah dekat dan datang dengan cepat sekali (ay 14). Nabi Zefanya benar-benar menekankan bahwa hari Tuhan akan tiba dengan segala konsekuensinya. Dan konsekuesi terburuk akan menimpa orang-orang yang berdosa.

Bagaimana dengan kita? apakah kita menjadi orang yang tenang-tenang saja dan tidak berbuat apa-apa? Atau menjadi orang yang sangat panik, tapi juga tidak berbuat apa-apa. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana mempersiapkan diri. Jangan menunda-nunda seolah-olah masih banyak waktu. Misalnya menunda untuk berbuat baik, menunda untuk menyatakan kebenaran, menunda untuk menjadi berkat dan masih banyak lagi. Marilah kita menjadi pribadi yang menggunakan waktu dengan baik, memperbaiki relasi dengan Tuhan dan sesama, menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari hari ke hari, seperti ungkapan berikut ini: “lakukanlah segala sesuatu seolah-olah itu adalah kesempatan terakhirmu.” Hidup ini adalah kesempatan, pakailah kesempatan ini untuk melayani Tuhan, mengandalkan Dia sepenuhnya, dan berbakti kepada-Nya. Jangan sia-siakan kesempatan itu! Selamat mempersiapkan diri menyambut hari Tuhan, semoga Tuhan memampukan kita, Amin.  (LMP)