Sangat menarik melihat pelayanan Yesus, apalagi mengikutinya. Berkeliling ke semua kota dan desa; mengajar dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga; melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Menyenangkan, exciting, tapi juga terbayang betapa melelahkannya. Digerakkan oleh belas kasihan, compassion, Yesus melakukan karya kasih-Nya. Para murid diajak untuk menyaksikan dan mengalami itu semua. Bukan hanya menyaksikan dan mengalami kuasa Yesus, tetapi juga menyaksikan dan mengalami bagaimana Yesus mengekspresikan belas kasih-Nya. Mereka juga diajak melihat dan mengalami realitas kehidupan, bahwa ada begitu banyak orang yang membutuhkan pertolongan, butuh sentuhan kasih dan perhatian, butuh karya nyata yang lahir dari hati yang digerakkan oleh belas kasihan. Para murid diajak untuk merespons, mengambil sikap dan tanggap, lalu melakukan sesuatu. Tak hanya diam dalam rasa aman dan nyaman kehidupannya, mereka diajak untuk meninggalkan ‘comfort zone’-nya, berkarya bersama Yesus, bukan hanya di seputar rumah ibadah, tetapi terjun langsung, merasakan apa yang sedang dialami oleh ‘orang banyak’, lalu meresponsnya. Para murid diajak untuk membuka mata dan hati, melihat dan merasakan apa yang dihadapi oleh masyarakat secara luas, dengan berbagai problematika kehidupan sosialnya. Mereka butuh sentuhan kasih dan karya nyata. Itulah pesan yang Yesus sampaikan saat Ia mengajak para murid-Nya ikut terlibat dalam pelayanan-Nya. Yesus sangat memahami, bahwa pelayanan ini sebuah pelayanan besar yang tidak mungkin dilakukan oleh para murid tanpa kuasa yang Yesus beri. Itulah sebabnya Ia memberi kuasa kepada para murid untuk melakukannya.

Bagaimana dengan konteks kita saat ini? Tidak berbeda. Bedanya hanya Yesus tidak hadir secara fisik,  namun kuasa-Nya tetap dan terus berkarya. Kuasa itu juga menyertai gereja-Nya, menyertai setiap kita. Ada banyak kelemahan di tengah kehidupan masyarakat. Banyak orang yang sakit, kehilangan pengharapan, tidak mampu memperlengkapi diri dengan pendidikan, tertindas oleh berbagai hal, dan begitu banyak kelemahan lain yang bisa kita lihat dan rasakan. Situasi dan kondisi seperti itu butuh respons. Siapa yang harus merespons? Kita semua, sebagai pribadi milik Kristus, sebagai gereja. Gereja tidak dikehendaki untuk hanya asyik dengan dirinya sendiri, dengan kegiatan-kegiatan internal rutin yang hanya memberi kesenangan ke dalam, merayakan berbagai hal yang orientasinya sekadar kemeriahan dan kegembiraan.

Gereja, setiap orang percaya harus membuka mata dan hati, menaruh simpati dan empati, digerakkan oleh hati seperti hati Yesus yang penuh belas kasihan dan berkarya bagi kehidupan. Banyak hal yang bisa gereja lakukan, yang setiap orang percaya bisa kerjakan. Memberitakan dan menghadirkan Kerajaan Sorga. Apa artinya? Ke mana pun kita pergi atau di mana pun kita berada, kita bisa menjadi pengharapan bagi orang lain, kita bisa memberi gairah dan semangat bagi orang lain: yang sakit berharap segera sembuh, yang lesu dan mati pengharapan menjadi bergairah dan bersemangat, yang terlantar segera terawat dan diperhatikan, yang masa depannya terasa suram dan gelap menjadi terang, dan seterusnya. Kita lakukan itu semua tanpa pamrih, dengan cuma-cuma sesuai dengan kesempatan serta kemampuan yang Tuhan berikan. Dengan kata lain kita dikehendaki untuk dapat menjadi pengharapan bagi orang lain. Hal itu dapat kita lakukan jika kita senantiasa merasakan kasih Kristus, yang memampukan kita memiliki belas kasih, bermurah hati, memberi perhatian kepada siapa pun, dengan empati, kerendahhatian dan kasih sayang. Itulah arti melayani bersama Kristus.

Selamat MELAYANI BERSAMA KRISTUS.   (JWP)