Secara umum, padang gurun bukanlah tempat tinggal yang aman dan nyaman bagi manusia. Sebab, padang gurun adalah tempat yang luas, panas, dan kering. Padang gurun juga menyimpan ancaman lain, seperti cuaca yang ekstrem dan binatang liar. Dengan kondisi ini, tentu saja manusia akan memilih tinggal di tanah subur, dibanding dengan di padang gurun. Namun secara teologis, padang gurun justru memiliki kekayaan dan kedalaman makna, yang dapat membantu menghidupi spiritualitas iman kita.

Pencobaan di padang gurun dalam Injil Markus, menceritakan setelah Yesus dibaptis, Ia dipimpin oleh Roh ke padang gurun (ayat 12). Ia tinggal di sana selama 40 hari lamanya dan dicobai oleh Iblis (ayat 13a). Mengapa setelah dibaptis, Yesus bukannya pulang ke rumah, lalu berkumpul bersama dengan sanak-saudara-Nya, tetapi justru Ia rela dipimpin oleh Roh Allah ke padang gurun, dan berjumpa serta dicobai oleh iblis? Mengapa Roh memimpin Yesus ke padang gurun? Karena, Allah melalui Yesus ingin menunjukkan kuasa-Nya kepada iblis, bahwa telah hadir Yesus, Sang Anak Allah, yang tak dapat dikalahkan oleh iblis. Padang gurun, juga adalah tempat Allah mendemonstrasikan kuasa yang Ia miliki, dengan menyuruh para malaikat melayani Yesus.

Saat ini kita tidak tinggal di padang gurun dalam arti yang harfiah. Namun, secara kiasan, kita seringkali merasakan hidup seperti di padang gurun, yang ditandai oleh hidup penuh dengan ketidakpastian, kehilangan arah, ancaman, kesepian, dan putus asa, yang dapat membuat kita frustrasi. Melalui firman Tuhan hari ini, kita mendapatkan kabar baik bahwa bila kita sedang menghadapi “padang gurun” kehidupan, janganlah kita berputus asa dan kehilangan arah, sebab Allah dalam Roh, memimpin kita menjalani “padang gurun” kehidupan. Apabila kita mau dipimpin oleh Roh, seperti Yesus yang mau dan taat atas pimpinan Roh, “padang gurun” menjadi tempat melatih spiritualitas kita.

“Padang gurun” kehidupan, mengajarkan kita untuk hanya bergantung mutlak kepada Allah dan tunduk pada pimpinan Roh. Bersukacitalah ketika engkau harus berhadapan dengan “padang gurun” hidupmu, dan percayalah pada Roh Allah, yang akan memimpin hidupmu.

Selamat menjalani “padang gurun” kehidupanmu, jangan lupa untuk memberitakan kabar baik ini bagi banyak orang, yang sedang tersesat di “padang gurun” hidup mereka. Amin. (RP)