Sepanjang hidup manusia, dalam rentang dan bentang waktu pendek atau panjang, pastinya ada kesalahan yang kita perbuat kepada sesama, juga sebaliknya. Entah kesalahan kecil atau besar, semuanya berpengaruh, baik pada diri sendiri maupun sesama. Pengaruh itu tentunya terjadi pada relasi. Jika dua tiga orang atau lebih berkumpul, namun di antara mereka terjadi kesalahan satu dengan yang lain, maka sekalipun duduk berdekatan, mereka jauh relasinya. Sekalipun serumah, baik suami isteri, orangtua anak, maupun kakak adik, tetapi jika ada kesalahan yang belum dimaafkan atau perbuatan dosa yang belum diampuni, maka relasi antar mereka sesungguhnya jauh dan terbentang jurang yang dalam dan curam di antara mereka. Sangat mungkin hal yang sama terjadi di antara kita.
Itu semua bisa terjadi karena tidak ada pemaafan dan tidak ada pengampunan. Seberapa sering kita butuh memaafkan dan mengampuni? Sesering mungkin bahkan setiap kali sesama kita atau saudara kita melakukan kesalahan atau berbuat dosa. Perumpamaan tentang pengampunan, tidak sedang memperhitungkan jenis atau macam kesalahan atau dosa seseorang. Lebih memperhitungkan kepada orang yang bersalah dan yang berbuat dosa, bukan pada kesalahannya atau dosanya.
Pertanyaan Petrus sangat jelas, “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Pertanyaan ini lebih kepada mengampuni orangnya bukan kesalahannya atau dosanya (band. Matius 6: 12), bukan juga jumlah kesalahan atau jumlah dosanya, bahkan bukan juga tindakan salahnya atau tindakan dosanya. Sebab yang terpenting bagi Tuhan Yesus adalah manusianya. Oleh karena itu Yesus menjawab pertanyaan Petrus, “Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” Dalam bahasa matematika bukan 7 x melainkan “70 x 7 x”, dan ini berbeda dari ”70 x 7 =”. Sebab jika perkalian “70 x 7 =” hasilnya adalah 490. Ini artinya ada batasnya. Sementara perkalian dari “70 x 7 x” hasilnya ?. Ini artinya tak terhingga.
Jika masih dapat diperhitungkan, maka pengampunan itu nilainya seperti dalam perumpamaan seorang raja yang melunaskan hutang seorang hamba. Raja melunaskan seorang hamba, sebut saja hamba A yang berhutang 10.000 talenta (=60.000.000 dinar =upah 60.000.000 hari = ± upah harian selama 164.383 tahun). Jika dihubungkan dengan pengampunan, bukankah itu luar biasa dan menakjubkan. Itulah harga pengampunan Tuhan untuk kita.
Berbeda dengan hamba A yang telah dilunaskan hutangnya, tidak mau melunaskan hutang hamba B yang berhutang hanya 100 dinar kepadanya. Perumpamaan ini sedang menggambarkan tindakan pemaafan dan pengampunan manusia terhadap sesamanya, seperti yang ditanyakan Petrus. Manusia lebih melihat jumlah dan standar kesalahan atau dosa sesamanya, termasuk batas pengampunannya, bahkan cenderung tidak mau dan tidak rela memaafkan dan mengampuni. Tidak demikian dengan Tuhan, yang penuh belas kasih, yang rela mengampuni kita.
Sebagai murid, hendaknya kita yang telah mengaku percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi, juga rela mengampuni. Karena kita semua telah lebih dahulu diampuni, bahkan telah ditebus oleh Tuhan Yesus Kristus.
Selamat mengampuni! Amin. (TMP)