Setiap orang tentu berharap agar hidup yang dijalani dan dilaluinya berada dalam kebahagiaan. Demi mendapatkan apa yang diinginkan, orang rela melakukan apapun asal yang diimpikan menjadi kenyataan. Orang akan merasa berbahagia jika memiliki uang dan harta kekayaan yang melimpah. Ada pula yang beranggapan pendidikanlah yang menjadikan orang berbahagia, karena dengan pendidikan tinggi orang akan meraih kedudukan dan jabatan bahkan uang yang berlimpah. Tetapi tidak jarang orang lebih memilih kesehatan sebagai hal yang penting. Tidak ada artinya uang melimpah dan harta kekayaan menjadi miliknya namun berada dalam keadaan sakit. Maka bukan lagi kebahagiaan yang diraih dan dinikmati.

Tidak jarang ada orang memilih untuk mengikut Yesus dengan harapan untuk dapat hidup berbahagia. Mereka akan berasumsi memperoleh apa yang diimpikan, tidak kekurangan secara materi, hidup dalam kenikmatan dan berada dalam keadaan sehat tanpa pernah sakit. Namun apa yang terjadi? Benarkah kebahagiaan yang diimpikan itu diperolehnya setelah mengikut Yesus? Jika yang diinginkan berbahagia menurut ukuran kita (happiness) maka yang diperoleh tidak lain kekecewaan. Mengikut Yesus bukanlah untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, namun bagaimana kita harus hidup dan patuh pada cara dan jalan yang harus ditempuh oleh Yesus untuk kita pahami, mengerti dan kita lakukan. Penegasan itu bukan hanya disampaikan kepada murid-murid-Nya namun juga kepada setiap orang yang memutuskan mengikut Dia. Tidak salah, orang terpesona dengan kepopuleran Yesus yang telah terdengar dari mulut ke mulut di wilayah Yesus berkarya dan hadir bersama murid-muridNya. Banyak orang ingin berbahagia dengan berbondong mendengar pengajaran-Nya agar dikuatkan. Banyak orang berebut untuk mendapatkan kesembuhan, karena penyakit yang ada pada mereka menjerat kebahagiaan hidup. Dengan kesembuhan, maka mereka berharap dapat berbahagia. 

Untuk memahami apa yang Yesus maksudkan siapa pun orangnya dengan menerapkan empat ucapan bahagia (karena miskin, lapar, menangis, dibenci), terberkati di dalam keadaan yang tidak menguntungkan. Semua itu bukanlah kebahagiaan atas kelimpahan namun tetap terberkati sekalipun dalam situasi sulit dan tidak menyenangkan. Empat lainnya berupa ancaman hukuman yang tidak lain adalah kutuk (kaya, kenyang, tertawa, pujian). Suatu cara yang bertolak belakang keinginan yang Yesus mau dengan keinginan manusia pada umumnya. Tidak secara otomatis mereka yang miskin, berada dalam kelaparan, yang menangis dan dibenci itu dibenarkan oleh Tuhan Yesus. Namun jauh lebih penting bagaimana mereka tetap mengandalkan iman dan kepercayaannya sehingga Kerajaan Allah tetap terwujud dalam hidupnya. Tuhan Yesus tidak melarang orang percaya untuk hidup dalam kekayaan, kenyang dan berlimpah makanan, kesenangan untuk  tertawa, dan mendapatkan pujian. Jangan sampai keadaan itu melupakan Tuhan Allah sebagai Pemilik semuanya, dan tidak meremehkan sesama yang tidak hidup seperti mereka. Tuhan Yesus ingin agar tidak menjadi sombong, iri hati dan tindakan yang tidak mendatangkan sejahtera.

Sanggupkah kita melakukan apa yang Tuhan Yesus mau agar kita berbahagia dengan cara yang berbading terbalik menurut ukuran dan kemauan kita? Selamat berbahagia melalui panggilan kita sebagai pengikut-Nya. SRS