Kadang kurang atau bahkan tidak kita sadari bahwa kehidupan dan pelayanan gereja sangat ditentukan oleh anggota-anggotanya. Anggota-anggota gereja (baca: orang-orang beriman) adalah pelaku-pelaku utama dalam gereja, bukan pendetanya dan bukan pula penatuanya.

Untuk itu, Allah memberikan talenta kepada setiap anggota gereja. Talenta merupakan tanda kepercayaan (trust) dari Allah kepada setiap orang untuk memegang dan mengelola milik-Nya untuk mewujudkan karya damai sejahtera-Nya di dunia.

Talenta itu diberikan oleh Allah kepada orang-orang percaya tidak dengan cara sama rata, karena “yang seorang diberinya lima talenta, yang seorang lagi dua, dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya ...”. Allah memberikan talenta kepada setiap orang sesuai dengan keadaan dirinya, dan karenanya berbeda-beda perwujudannya. Ternyata Allah memperhitungkan setiap orang percaya sebagai pribadi yang utuh namun tidak seragam. Yang pasti, tidak ada seorang pun dari orang-orang percaya yang luput dari memperoleh kepercayaan Allah untuk bekerja bagi Dia!

Kemudian, Allah menuntut pertanggungjawaban dari setiap orang yang sudah memperoleh kepercayaan dari-Nya. Sepertinya pusat perhatian dalam perumpamaan Yesus justru terletak pada hamba yang ketiga dengan satu talenta itu. Sementara hamba-hamba yang diberi lima dan dua talenta telah bekerja dengan bertanggungjawab dan

menghasilkan laba, si hamba dengan satu talenta malahan tidak bekerja apa pun. Ia menggali lubang dan menguburkan talentanya. Karena itu, ia tidak dapat mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya di hadapan tuannya. Ia tidak memperoleh apa-apa bahkan diusir dan dibuang oleh tuannya.

Sebagai anggota gereja, sebagai orang percaya, Saudara telah memperoleh talenta dari Allah. Talenta yang Saudara miliki pasti tidaklah sama dengan yang dipunyai orang lain. Namun, tidak ada seorang pun dari antara Saudara yang luput dari memperoleh kepercayaan Allah untuk bekerja bagi Dia. Talenta yang dalam pengertian harfiahnya adalah uang, kita mengerti secara lebih luas menjadi segala sesuatu yang Allah berikan (percayakan) kepada kita: kepandaian, keahlian, pekerjaan, kekayaan, dan sebagainya.

Persoalannya, Saudara termasuk golongan hamba yang mana? Apakah Saudara seperti hamba pertama dan kedua yang mengelola dan mengembangkan talenta-talenta yang dipercayakan kepada mereka sehingga dapat mempertanggungjawabkannya kepada Sang Pemilik sesuai dengan maksud-Nya? Atau, Saudara ternyata seperti hamba ketiga yang berdiam diri dan menyia-nyiakan kepercayaan yang telah Saudara terima?

Kehidupan dan pelayanan GKI Kebayoran Baru, dan juga gereja-gereja lain, bergantung kepada Saudara semua, tanpa kecuali, sepanjang Saudara bersedia mengelola dan mengembangkan semua talenta yang Tuhan berikan kepada Saudara sesuai dengan maksud-Nya. Sudah bertanggungjawabkah Saudara di hadapan Tuhan? (LHP)