Pada perayaan hari Pentakosta, ketika banyak orang datang ke Yerusalem, Roh Kudus turun ke atas para murid yang juga sedang berkumpul di sana seperti yang diperintahkan oleh Yesus. Roh itu nampak dalam bentuk lidah api yang hinggap di kepala serta berkobar di hati para murid, membarui semangat dan iman mereka. Roh itu juga datang dalam bunyi bagaikan angin keras, yang menggambarkan betapa dahsyat kuasa-Nya. Kekuatan Roh Kudus tidak dapat dibatasi, ditentukan, dan diarahkan oleh pikiran maupun usaha manusia. Roh Kudus tidak hanya membuka mulut para murid pada waktu itu untuk bersaksi, namun juga membuka telinga dan hati orang-orang yang mendengarkan kesaksian tersebut. Banyak orang dari berbagai bangsa bertobat, lalu memberi diri dibaptis (Kis. 2:5-11, 41). Roh Kudus turun, gereja terbentuk. Roh Kudus berkarya, gereja bertumbuh dan berkembang.

Ada hal lain yang membuat Roh Kudus ini menjadi begitu istimewa dan berbeda dari roh-roh dunia. Roh Penghibur yang dijanjikan oleh Yesus ini tidak hanya berperan sebagai pengganti posisi Sang Juruselamat yang telah naik ke surga. Roh Kudus membebaskan manusia dari kegelisahan, ketakutan, kekuatiran, dan kecemasan, bahkan juga dari kemunafikan hidup. Roh Kudus tidak hanya melayang di atas bumi (Kej. 1:2), melainkan turun menembusi hati dan jiwa kita. Roh Kudus menyatu dengan roh kita, sehingga kita mampu mengenal kembali Bapa, Sang Pemilik kehidupan. Lebih dari itu, Roh Kudus pun hadir dan memimpin setiap orang percaya untuk mencapai sebuah kehidupan yang lebih baik, yaitu kehidupan sebagai anak-anak Allah. Status sebagai anak-anak Allah bukanlah sebuah lencana tanda jasa yang dikalungkan selayaknya aksesoris yang menggantung di leher manusia. Status sebagai anak Allah berbicara tentang jati diri orang percaya. Ini merupakan panggilan bagi kita untuk hidup dalam pembaruan secara terus-menerus, sampai kita sungguh-sungguh mencerminkan Kristus, Anak Sulung Bapa (Rm. 8:29). Kristus tidak hanya menebus manusia, namun juga menginginkan agar semua orang yang percaya kepada-Nya dapat mengalami kemuliaan bersama Sang Bapa dalam kerajaan-Nya.

Kesempatan menjadi ahli waris dalam kerajaan Allah merupakan anugerah yang tersedia bagi setiap orang yang tidak hanya berkata percaya, namun sungguh-sungguh menghidupkan kepercayaannya secara nyata. Mati dan bangkit bersama Kristus menuntut komitmen kita untuk menjalani sebuah kehidupan baru sebagai anak-anak Allah. Menjadi anak berarti percaya kepada Bapa, berserah dan mengandalkan kekuatan Bapa, menjadi serupa dengan Bapa, menjaga “nama baik” (kesucian) Bapa, patuh dan taat kepada Bapa, serta tetap setia beriman kepada Bapa. Akan tetapi, berbagai tantangan, ancaman, dan godaan dunia datang bertubi-tubi ingin menjatuhkan, bahkan menghancurkan iman orang percaya serta menjauhkannya dari Sang Bapa. Oleh karena itu, kita membutuhkan kobaran api Roh Kudus yang terus menerangi, menghibur, menguatkan, menyadarkan, mengarahkan, serta memimpin kita supaya tetap hidup sesuai kehendak Allah. Roh Kudus memampukan kita untuk mengalami kemuliaan Bapa dan bersaksi tentang kasih-Nya yang melimpah. Sesungguhnya, pada saat ini, setiap orang percaya juga telah menerima Roh Kudus melalui baptisan (simbol mati dan bangkit bersama Kristus). Akan tetapi, apakah kita yang telah dibaptis ini juga memberi diri untuk hidup dan dipimpin oleh Roh Kudus? Bukankah kita mau menjadi anak-anak Allah? Mari, buka hati dan biarlah Roh Kudus berkarya dalam hidup kita!

Selamat hari Pentakosta! (WBM)