Dalam Minggu Pra-Paskah ketiga ini, kita bersama belajar dari Musa dalam memimpin umat Israel. Perjalanan bersama yang tidak mudah karena kesulitan air yang membuat mereka bersungut-sungut. Musa menyadari apa yang harus dilakukannya sebagai seorang pemimpin dalam menghadapi kesulitan tersebut. Musa berseru-seru di hadapan Allah (Keluaran 17:4). Musa tidak mempersalahkan Allah yang telah memimpin mereka berada di situ. Musa mengimani bahwa kalau Tuhan yang menuntun dia ada di suatu keadaan,  maka Dia juga yang memimpin dia untuk keluar dari masalah itu. Kehidupan yang sulit di padang gurun, membuat Musa mengingatkan umat Israel untuk selalu percaya bahwa Allah tetap berjalan bersama mereka dengan pemeliharaan-Nya yang tak berkurang sedikit pun. Ketidakpercayaan umat Israel sesungguhnya tidak menjadi bukti bahwa Allah memang tidak hadir dalam kehidupan umat-Nya. Umat Israel ingin mengalami kehadiran Allah menurut ukuran-ukuran mereka sendiri, sesuai dengan yang menyenangkan diri mereka sendiri, bukan sesuai dengan cara Allah sendiri. Umat Israel telah gagal mengalami kehadiran Allah dalam perjalanan hidup mereka di padang Gurun. Mereka terus mencari Allah menurut cara berpikir mereka sendiri sehingga mereka gagal menemukan Allah.

Belajar dari pengalaman kehidupan Musa bersama umat Israel di padang gurun yang penuh kesulitan dan tantangan, menempatkan kita utk berefleksi : “Apakah dalam kehidupan padang gurun kita yang penuh dengan kesulitan dan tantangan, membuat kita juga seperti Musa, berseru mencari Allah dan mengenali kehadiran Tuhan? Teresa dari Avila, salah seorang tokoh spiritualis pernah menyatakan dalam salah satu tulisannya, “Belajarlah untuk melihat Tuhan dalam setiap seluk-beluk kehidupanmu, sebab Tuhan ada di mana-mana” Dalam kehidupan kita di dunia sebagai orang beriman, marilah kita terus mencari Tuhan, namun bukan menurut cara yang menyenangkan diri kita sendiri, yang membuat kita merasa aman namun dalam kehampaaan, melainkan menurut cara Tuhan. Cara kita seringkali tidak membawa pada kedalaman iman, namun justru sebaliknya, pada kedangkalan. Percayalah, dalam kesulitan dan tantangan, Tuhan dapat ditemukan. “Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!” (Mazmur 105:4). Mencari Tuhan menurut cara-Nya, membuat kita merasa aman yang tidak hampa melainkan sukacita, karena kita tidak pernah dibiarkan-Nya sendirian, melainkan dalam pemeliharaan dan penyertaan Tuhan yang tak berkesudahan. Selamat menjalani padang gurun kehidupan bersama Tuhan Sang Pemelihara dengan penuh kesetiaaan. Amin! (WIT)