Seringkali kita mendengar dan mendapatkan ada orang-orang tertentu yang punya pemahaman bahwa ada makanan yang boleh dimakan dan tidak boleh dimakan. Bahkan pemahaman ini menjadi semacam aturan yang ketat untuk tidak boleh dilanggar. Makanan yang boleh dimakan itulah makanan halal, sebaliknya yang tidak boleh dimakan adalah makanan haram. Ada juga karena aturan tertentu ada makanan yang pantang dimakan. Selain itu, ada juga yang menganggap hari yang satu lebih penting dari hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Masalah ini menjadi perdebatan di antara jemaat di kota Roma.

Masalah boleh atau tidak boleh makan dan hari yang penting atau semua hari sama saja menjadi persoalan yang serius bagi jemaat di Roma. Secara tidak langsung, bisa dikatakan di dalam jemaat Roma terdapat golongan orang-orang yang begitu ketat memegang aturan, dan golongan orang-orang yang lebih luas cara berpikirnya daripada sekedar memegang aturan dengan ketat.

Pertentangan ini menjadi ajang saling menghakimi, golongan orang-orang  yang lebih luas cara berpikirnya cenderung memandang rendah dan menyepelekan cara berpikir golongan orang-orang yang ketat memegang aturan, yaitu cara berpikir yang sempit. Dalam menghadapi persoalan ini, Rasul Paulus mengungkapkan hal yang mendasar sebagai nasihatnya bagi mereka demikian:

1.   Siapa yang berpegang pada suatu hari yang tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan. (ayat 6)

2.   Siapa makan, ia melakukannya untuk Tuhan, sebab ia mengucap syukur kepada Allah. Dan siapa tidak makan, ia melakukannya untuk Tuhan, dan ia juga mengucap syukur pada Allah. (ayat 6)

Jadi apa yang dilakukan oleh masing-masing golongan yang terpenting adalah bukan untuk

saling menghakimi, bukan untuk saling merendahkan dan menjelekkan di antara mereka.

Tetapi apa yang mereka lakukan, itulah yang terbaik bagi Tuhan. Dan semuanya itu akan mereka pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Ditegaskan juga bahwa Allah menolong setiap

orang yang memahami dan melakukan apa yang mereka yakini, tentu dengan tulus

dan itu menjadi wujud persembahan yang hidup untuk Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati. (LZJ)