Minggu Pra Paskah VI bagaikan koin dengan dua sisi yang tidak terpisahkan. Minggu ini disebut sebagai Minggu Palmarum, yakni minggu untuk mengingatbetapa meriahnya kisah Yesus masuk ke Yerusalem. Daun palem yang dilambaikan, ranting yang ditebarkan, pakaian yang dihamparkan, serta seruan “Hosana” yang dielukan menambah semarak penyambutan Sang Raja yang duduk di atas seekor keledai. Di sisi yang lain, Minggu Pra Paskah VI dihayati juga sebagai Minggu Sengsara, untuk mengingatkan kita bahwa babakan penderitaan Yesus siap dimulai, kematian-Nya sudah di ambang pintu.

Sukacita dan penderitaan menjadi kenyataan yang menyatuerat dalam ziarah (perjalanan/kunjungan) yang Yesus lakukan. Yerusalem merupakan kota besar yang gemerlap sekaligus menjadi kota yang mengerikan dalam perjalanan itu.Lukas 22:14–23:56 menunjukkan bahwa kegembiraan di gerbang Yerusalem pudar dalam waktu singkat, namun penderitaan yang Yesusjalani cukup panjang dan sangat berat. Di kota itu, sebenarnya, Dia bisa memilih untuk memuaskan harapan para murid: memimpin pemberontakan terhadap perbudakan Roma, lalu dinobatkan menjadi pemimpin satu bangsa. Namun, Yesus tidak menyimpang dari tujuan utama kehadiran-Nya di dunia. Dia justru memilih untuk taat pada rancangan Allah yang lebih besar: merengkuh penderitaan demi menebus manusia dari perbudakan dosa, serta merangkul seluruh semesta dalam anugerah keselamatan. Di antara seruan “Hosana” dan “Salibkan Dia”, Yesus mengambil kesempatan untuk mempersiapkan para murid dalam peristiwamakan bersama dan membasuh kaki mereka. Mesias yang menderita adalah juga Mesias yang melayani.

Choan Seng Song, dalam buku Allah yang Turut Menderita, berkata, “Akhirnya jelas bagi para murid, bahwa hanya mesias yang menderitalah yang dapat menjanjikan suatu masa depan baru dan memberikan suatu kehidupan baru melalui salib dan kebangkitan-Nya. Hanya mesias yang menderitalah yang menanggung penderitaan dunia dan membawakan keberanian, kekuatan, dan harapan bagi mereka.” Hal ini menyadarkan kita, bahwa setiap orang yang memilih untuk meneladani Yesus, serta ikut dalam ziarah bersama-Nya dianugerahi iman, sehingga berani dan kuat dalam menempuh perjalanan yang penuh tantangan di tengah dunia.

“Yerusalem” dalam konteks hidup kita masing-masing saat ini mungkin juga mengerikan dan menakutkan. Akan tetapi, kita tidak boleh diam ataupun mundur. Kita diajak untukmerenungkan dan menghayati syair lagu berikut ini:

“Saya mau ikut Yesus,

saya mau ikut Yesus sampai s’lama-lamanya.

Meskipun saya susah, menderita dalam dunia,

saya mau ikut Yesus sampai s’lama-lamanya.”

Perjalanan itu mungkin tidak menyenangkan. Kegembiraan seakan berlalu dengan cepat, sementara penderitaan terasa lama karena menyakitkan.Namun, bersama Yesus, kita pasti sanggup melangkah dengan penuh iman, sambil terus menyatakan kebaikan Allah bagi dunia.

Mari, sekalipun harus menderita, teruskan ziarah kita bersama Yesus! (WBM)