Di tengah gencarnya tawaran nilai hidup pragmatisme (mementingkan hasil akhir ketimbang proses) dan materialisme (mementingkan segala sesuatu berdasar kebendaan semata), maka kita membutuhkan sebuah nilai yang benar sebagai pemandu dan penuntun kehidupan kita. Namun demikian nilai yang benar yang kita anut tergantung pada kebenaran yang kita yakini. Itu pun terkadang kita gagal menerjemahkan kebenaran dalam hidup keseharian kita. Oleh karena kebenaran yang kita jadikan sebagai pandu dan tuntunan dalam hidup ini terkadang adalah “kebenaran” versi kita atau “kebenaran” yang memberi keuntungan kepada kita.

Dengan demikian, apakah kebenaran itu? Pertanyaan yang sering diajukan oleh umat manusia sepanjang masa termasuk oleh seorang pejabat yang bernama Pilatus (Yoh 18:38). Bagi kita umat Kristiani, tentu kebenaran yang dimaksud adalah seperti yang tertulis: Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6). Jadi akhirnya, bagi kita umat Kristiani, Yesus dan pengajaran-Nya adalah kebenaran yang kita jadikan sebagai pandu dan penuntun di dalam keseharian hidup kita.

Pemahaman mengenai kebenaran berlaku dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam pelayanan. Hal ini dialami juga oleh Paulus yang menuangkan pergumulannya dalam surat Galatia dan membuat kita merenung. Ia pada awalnya begitu bangga dengan kecemerlangannya sendiri, yaitu pemahamannya yang fasih akan Hukum Taurat dan berasal dari keturunan bangsa Yahudi. Namun demikian Paulus pun bertransformasi dengan berubah 180 derajat. Bahkan ia pun rela melepaskan seluruh “kebenaran semu” dan menganggapnya sampah, supaya ia dapat memeroleh Sang Kebenaran sejati, Sang Kristus itu sendiri (Filipi 3:8).

Dengan demilian, tidak seorang pun dari kita yang dibenarkan oleh karena telah melakukan hukum Taurat atau hal-hal baik lainnya. Namun tindakan iman kita, Percaya kepada Yesus, yang telah membuat kita dibenarkan sehingga kita menindaklanjutinya dengan berbuat baik. Hal ini sebagai tanda bahwa kita hidup bukan lagi kita sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup dalam hidup keseharian kita.

Berubahlah demi pelayananmu! Tema ibadah Minggu ini mengingatkan kita untuk berefleksi atas sikap dan tindakan yang telah kita lakukan. Kita ditugaskan Tuhan untuk berubah dengan segera meyadari hal-hal yang luput dari kehidupan kita selama ini. Jika kita seorang murid Kristus, hidup bukan berdasar nilai yang benar yang Yesus ajarkan, bagaimana kita dapat menjadi panutan bagi saudara-saudara kita yang lain. Oleh karena itu, kita dipercaya Tuhan untuk mengikuti jalan kebenaran Yesus di setiap pelayanan dalam kehidupan keseharian kita, Amin. (PSP)