Pada saat tertentu, orang tua yang memiliki beberapa orang anak merindukan untuk berkumpul dan menyampaikan hal penting. Dipanggillah mereka satu persatu untuk dapat datang dan membicarakan masa depan keluarga. Memang tidak mudah memanggil dan mengumpulkan anggota keluarga yang tersebar di beberapa tempat dan juga kota yang berbeda. Namun karena kasih dan bakti anak terhadap orang tua, betapapun repot, sulit dan memerlukan waktu untuk bertemu dengan orang tua, panggilan itupun dipenuhi. Apa yang disampaikan orang tua terhadap anak-anaknya akan didengar, dipatuhi dan dijalankan karena yang disampaikan berhubungan dengan kelangsungan hidup keluarga besar, kerukunan dan tindakan saling mengasihi.
Dalam situasi pembuangan bangsa Israel di negeri Babel, mereka sebenarnya sedang dididik untuk mengerti maksud dan rencana Tuhan terhadap dirinya. Mereka tidak dibiarkan merana, mereka diproses untuk mengerti kasih setia Tuhan. Mereka juga disadarkan untuk tidak mengabaikan dan meninggalkan Tuhan dengan hidup seenaknya. Di tengah pembuangan itu generasi penerus menyadari bahwa para pendahulu mereka hidup dengan caranya sendiri. Semarak peribadahan yang pernah dilakukan hanya sekedar formalitas dan rutinitas telah menghancurkan kebanggaan dan kejayaan mereka sebagai umat pilihan Allah. Kehancuran Yerusalem dan runtuhnya Bait Allah menyadarkan mereka yang berada di tanah pembuangan akibat dosa dan kesalahan yang telah mereka alami. Kebanggaan yang pernah terjadi menjadi harapan dan mereka merindukan suasana yang indah pada masa lampau terjadi pada masa yang akan datang.
Yesaya menegaskan, dalam penderitaan, di tengah masa-masa kelam dan seolah tiada harapan sesungguhnya Tuhan tetap hadir dan tidak membiarkan mereka. Mereka dipanggil dari situasi sulit menuju kehidupan berpengharapan. Suatu pernyataan tegas disampaikan kepada mereka agar mereka sebagai umat Tuhan yang dipanggil menghadapkan wajahnya kepada sang hamba Tuhan, yang tidak lain adalah orang yang dipilih dan diperkenan untuk mengerjakan apa yang Tuhan inginkan kepada umat-Nya. Melalui sang hamba Tuhan, keselamatan tidak hanya disampaikan kepada bangsa Israel yang sedang mengalami kesulitan dan penderitaan namun juga dinyatakan kepada bangsa-bangsa lain. Siapa yang percaya dan menaruh harap akan mendapatkan keselamatan. Sang Hamba itu akhirnya nyata dalam kehadiran Yesus Kristus, yang datang menyelamatkan setiap orang yang mau percaya kepadaNya.
Tuhan memperkenankan kita untuk melalui jalan penderitaan, cara yang seharusnya ditempuh orang percaya yang berbeda dengan mereka yang tidak mengenal Tuhan. Sama seperti umat Tuhan yang dibuang ke Babel, mereka akhirnya mengerti Tuhan itu peduli, mengasihi dan menyelamatkan mereka. Dipanggil oleh Tuhan berarti bukan hidup menurut cara dan keinginan kita, namun cara dan keinginan Tuhan. Yesus Kristus yang datang ke dalam dunia ini pun rela bertindak bukan menurut kehendak diri-Nya namun kehendak Bapa-Nya yang di surga. Hingga akhirnya Dia menyerahkan diri dan berkata, ”Bukan kehendak-Ku yang terjadi, namun kehendak-Mulah yang terjadi.” Demikian juga seharusnya bagi kita yang telah memutuskan diri menjadi pengikut Kristus. Amin. (SRS)
upload by EG 08072014