Pernyataan bahwa Yesus adalah roti hidup, pertama, mengingatkan kita pada roti manna yang diberikan Allah untuk memuaskan lapar umat pada masa Musa. Pemberian Allah ini semata untuk memelihara keberlangsungan hidup umat-Nya. Kedua, mengingatkan bahwa Allah adalah sumber pemenuhan atas lapar dan dahaga umat. Ini hanya terjadi jika umat datang dan percaya kepada Allah Bapa di dalam Yesus Kristus. Ketiga, menegaskan bahwa setiap orang yang makan roti hidup yang diberikan-Nya, akan mengalami hidup kekal. Roti hidup itu adalah daging-Nya (baca: pengurbanan-Nya) yang diberikan untuk hidup dunia. Dua kata yang mewakili ketiga hal tersebut adalah hidup Yesus.

Hidup Yesus atau Yesus yang hidup telah berkarya untuk memenuhkan segala sesuatu, baik jasmani maupun rohani. Yang buta dicelikkan, yang lumpuh dibuat-Nya berjalan, yang tuli mendengarkan, yang bisu berbicara, yang sakit disembuhkan, yang tersingkir dirangkul dan diterima, yang tertolak dijadikan sahabat, yang berduka dihiburkan, bahkan yang mati dibangkitkan. Karya Tuhan Yesus tersebut telah membuat hidup banyak orang menjadi berarti dan layak dirayakan.

Pengajaran dan pemberitaan sabda kasih Allah juga telah memberikan kesejukan yang luar biasa di tengah kekeringan rohani umat. Bagai hujan setelah kemarau yang panjang, pengajaran-Nya menyegarkan. Bagai mata air segar di tengah padang gurun dengan fatamorgananya, pemberitaan sabda-Nya menyejukkan dan melegakan. Katup mulut yang terkunci untuk menyatakan “Haleluya” terbuka lebar dengan suara nyaringnya, mensyukuri firman kehidupan yang dikhotbahkan-Nya. Sendi-sendi yang kaku dibuat-Nya bergirang dalam sentuhan dan jamahan-Nya.

Sungguh, Yesus telah menyuburkan kembali asa yang selama ini hilang ditelan jaman. Kuncup pengharapan mekar kembali di tengah ketakutan, kekalutan, dan kekuatiran hidup yang mencekam; mekar semerbak di tengah tekanan hidup politik, ekonomi dan pembodohan. Pengharapan itu mengalir di setiap peredaran darah manusia yang merindukan kemerdekaan dan kelepasan. Yesus, sungguh telah menyebarkan bau kehidupan bagi umat manusia, sekaligus menyentak dan menghempaskan semua bau kematian.

Adakah kita mendengarkan, melihat, dan merasakan bau kehidupan itu? Jika “Ya”, mari kita viralkan ke seluruh sudut hati umat manusia. Jika “Ya”, mari ambil bagian di dalamnya. Bukankah kita telah merasakannya pula? Jika kita telah merasakannya, biarlah bau yang harum dari Kristus (2Kor. 2:15) itu kita sebarkan di manapun kita berada. Seperti Paulus mau menjadi bau kehidupan yang menghidupkan (2Kor. 2: 16) banyak orang, marilah kita juga demikian. Ikut serta dalam hidup Yesus Kristus, tidak boleh tidak, harus menebarkan dan menyebarkan aroma Kristus, yang menyemangati, menghiburkan, dan menguatkan setiap orang.

Paling tidak, kita berkomitmen seperti lagu: “aku mau jadi roti yang terpecah bagi-Mu, aku mau jadi anggur yang tercurah bagi-Mu, aku mau jadi saksi memb’ritakan Injil-Mu” Amin. (tmp)