Apakah mungkin kita bisa senantiasa bersukacita? Terlebih dalam kondisi pada saat sekarang ini. Saat di mana kita masih harus menghadapi pandemi dengan segala dampak yang ditimbulkannya. Kita bahkan masih tidak tahu pasti sampai kapan pandemi ini akan berakhir. Di sinilah kita belajar dari Paulus yang menuliskan suratnya kepada Jemaat Filipi untuk senantiasa bersukacita. Padahal, dalam Filipi 1 ayat 12-14, kita bisa mendapatkan keterangan bahwa Paulus menuliskan suratnya ketika ia sedang berada di penjara. Penjara penjara Romawi adalah penjara yang letaknya di bawah tanah, yang gelap dan pengap. Dalam keadaan yang penuh penderitaan dan pergumulan di dalam penjara, ternyata tidak membuat Paulus berhenti bersukacita. Orang yang berada di dalam penjara biasanya yang dihibur dan disemangati untuk tetap bisa bersukacita oleh orang yang berada di luar penjara. Sebaliknya, Paulus tetap bisa bersukacita, bahkan dia mengingatkan jemaat Filipi yang menderita dalam kesetiaannya kepada Injil untuk senantiasa bersukacita, bagaimana pun keadaannya. Saat itu, mereka sedang menghadapi sekelompok orang yang menentang Paulus. Demikian juga yang terjadi dalam persekutuan orang-orang yang sudah percaya kepada Injil Kristus, namun tidak melakukannya. Euodia dan Sintikhe diingatkan oleh Paulus karena mereka tidak sehati dan sepikir dalam pelayanan bagi Tuhan, suatu keadaan yang tentunya membuat jemaat Filipi sulit untuk bisa bersukacita senantiasa.
Dalam keadaan Paulus di penjara dan jemaat Filipi yang demikian, Paulus dengan jelas menyatakan: “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Isi surat yang sangat bertolak belakang dengan keadaan yang sedang dialami baik oleh Paulus maupun jemaat Filipi. Oleh karena itu, menarik sekali untuk kita pelajari lebih dalam lagi apa yang Paulus maksudkan dengan isi suratnya yang menekankan tentang bersukacitalah senantiasa. Paulus menekankan sikap bersukacita senantiasa karena itu memang sangat penting dalam kehidupan iman Kristen. Surat Paulus kepada jemaat Filipi bahkan dikenal sebagai "The Book of Joy". Jika seseorang ingin belajar bagaimana mengalami sukacita senantiasa, pelajarilah kitab ini dengan sepenuh hati karena semua isi surat Paulus bagi jemaat Filipi bertemakan tentang sukacita. Sukacita yang tetap mungkin dialami senantiasa karena ternyata berakar dari pengalaman personal Paulus di dalam Tuhan. Inilah rahasianya! Sukacita yang tidak bergantung pada keadaan yang dialami, melainkan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Sukacita dalam Tuhan bukan sekadar berpikir positif yang seringkali diusung oleh kebanyakan orang sampai saat ini, di mana kekuatan manusia menjadi ukurannya. Berpikir positif punya batasan-batasan manusiawi. Sukacita dalam Tuhan melebihi batas-batas manusiawi. Sebab Tuhan memang lebih besar dari semua masalah yang kita hadapi. Sukacita senantiasa dialami oleh Paulus adalah berlandaskan pada iman kepada Allah dalam Tuhan Yesus Kristus. Sukacita tidak bisa tinggal diam dan tersembunyi, melainkan terpancar sehingga orang lain bisa merasakannya. Sukacita yang terungkap melalui perbuatan baik sebagaimana yang Tuhan kehendaki, itulah yang dilakukan oleh Paulus bagi jemaat Filipi. Penghayatan sukacita yang ingin juga kita rasakan bersama anak-anak di Pekan Anak saat ini bersama orangtua sebagai keluarga dalam Tuhan, sekalipun masih harus menghadapi pandemi. Selamat menikmati sukacita senantiasa dalam Tuhan dan menyatakannya kepada sesama. Salam sukacita! (WIT)