BAPTISAN YESUS

(Memahami Sebuah Makna)

Markus 1 : 4 - 11

Baptis, juga mempunyai arti ‘dibersihkan; kalau dalam Alkitab, kita mengenal Yohanes Pembaptis, memang dijelaskan bahwa salah satu tugas pelayanan yang dilakukan oleh yang satu ini, adalah melakukan baptisan. Yohanes kita kenal sebagai seorang ‘pendahulu/pembuka jalan’ bagi Yesus. Dia memang terkenal, tetapi jelas dia tidak pernah memanfaatkan popularitas yang ada pada dirinya untuk menempatkan dirinya sebagai Kristus, ‘membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak’ (Markus 1:7).

Yohanes mempersiapkan orang-orang yang mau menerima Yesus, dengan meminta agar seorang menanggalkan dosanya, dan bersedia untuk ‘dibasuh/dibersihkan’ dari dosa-dosa yang melekat, melalui simbol baptisan (Markus 1:4). Jadi baptisan Yohanes adalah simbol pengampunan dosa. Yesus memberikan diri untuk dibaptiskan oleh Yohanes (Markus 1:9), apakah ini berarti bahwa Yesus penuh dengan dosa? Padahal kita mengenal Dia sebagai ‘tidak berdosa’.

Disinilah makna yang harus kita pahami, bahwa Allah berkenan memakai Yesus  (Markus 1:11) untuk mewakili manusia yang berdosa, dan rela berkurban untuk menerima hukuman akibat dosa-dosa manusia, tetapi juga sekaligus merelakan diri-Nya untuk dibasuh/dibersihkan untuk menanggung/demi dosa-dosa manusia (bukan dosa-Nya sendiri).

Oleh karena itu kalau Gereja melakukan baptisan dalam ketaatannya kepada firman Tuhan (atas perintah Allah – Matius 28:19), dalam Nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus (atas nama Tuhan), itu berarti bahwa kita (baca: orang berdosa) mendapat meterai/tanda pembasuhan atas segala dosa kita dalam dan melalui Yesus Kristus, yang telah rela berkurban bagi kita.

Dalam perkembangannya, ada anggota jemaat yang belum merasa ‘puas’ (menurutnya, belum merasa memenuhi apa yang dikatakan firman Tuhan) lalu meminta tambah dengan baptisan ini dan itu; seolah-olah baptisan yang dilakukan oleh gereja yang satu belum cukup dan memenuhi syarat. Sekali lagi, baptisan adalah ‘simbol meterai’, walaupun itu adalah salah satu Sakramen yang dilakukan oleh Gereja, yang terpenting adalah memaknai simbol-simbol yang dilekatkan pada setiap anggota jemaat, bukan bermacam-macam simbol dengan makna yang keliru dan seolah-olah yang lebih baik/benar adalah makin banyaknya simbol yang dipakai. (MAC)