Saat kesulitan dan tantangan hidup melanda, apakah kita tetap memilih Tuhan Yesus Kristus sebagai penolong kita? Terutama di saat pandemi covid 19 sudah banyak memakan korban dan memberi dampak buruk dalam kehidupan kita, apa pilihan kita? bertahan atau menyerah. Firman Tuhan hari ini, melalui surat Petrus, mau mengajak kita untuk tetap bertahan dan bersedia menjadi batu hidup.
Batu hidup adalah orang-orang yang percaya dengan sungguh-sungguh kepada Yesus Kristus sebagai batu penjuru (batu fondasi). Mereka akan meninggalkan segala kejahatan, segala tipu muslihat, dan segala macam kemunafikkan, kedengkian dan fitnah. Mereka yang selalu haus akan Firman Allah; Firman yang menuntun dan memberi pertumbuhan iman kepada mereka.
Yesus Kristus digambarkan sebagai batu penjuru yang kokoh dan mahal oleh nabi Yesaya dalam Yes 28:16: “Sesungguhnya, aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh, siapa percaya tidak akan gelisah!.” Batu penjuru adalah batu-batu besar yang diletakkan sebagai dasar sebuah bangunan atau juga disebut batu fondasi. Sebagai batu fondasi, Tuhan Yesus mau menjadi penopang semua batu-batu yang melekat kepadanya sehingga kokoh ketika mengalami goncangan apapun seperti pada perumpaan rumah yang didirikan di atas batu (Mat 7:24-25). Berbahagialah mereka yang mau melekat dan ditopang oleh Tuhan Yesus.
Penulis surat Petrus mengajak umat agar datang dan melekat kepada Yesus Kristus sebagai penjuru yang mahal, artinya yang sangat berharga. Ia berharga bagi mereka yang percaya. Namun bagi mereka yang tidak percaya ia adalah batu penjuru yang “dibuang oleh tukang-tukang bangunan” dan menjadi batu sentuhan atau batu sandungan. Mereka yang tidak percaya akan tersandung padanya. Jelas, ada konsekuensi saat kita memilih untuk tidak percaya kepada-Nya.
Marilah kita menjadi batu hidup yang melekat kuat pada batu fondasi kita yaitu Yesus Kristus. Apapun tantangan yang dapat membuat kita goyah, kita tetap memilih percaya dan terus berpengharapan kepada-Nya. Sebagai batu hidup, kitapun dipakai-Nya untuk menghidupkan persekutuan kita. Membantu saudara-saudari kita yang membutuhkan uluran tangan kita. Atau mereka yang membutuhkan perhatian kita. Sebagai batu hidup, kiranya kita peduli kepada mereka agar melalui hidup kita mereka merasakan kehadiran Kristus, sang batu penjuru kita. Jadilah batu hidup, Tuhan memampukan kita! (LMP)