Bulan Seni Gereja ke 2

Tanpa disadari perasaan iri hati seringkali muncul dalam kehidupan kita. Mengapa hal itu terjadi? Karena kita tidak mampu memiliki, meraih dan mendapat apa yang kita inginkan. Orang yang iri hati merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain (KBBI). Walaupun sangat manusiawi, iri hati tidak baik untuk terus dipelihara dalam hidup kita. Jika iri hati terus dikembangkan dan tidak dapat dikelola, maka dapat menimbulkan perselisihan, keributan, kekacauan, penyingkiran bahkan pembunuhan. Dari permasalahan sederhana rusak dan hilanglah persahabatan dan persaudaraan sejati

Bagian bacaan kita mengetengahkan kisah iri hati saudara-saudara Yusuf terhadap dirinya. Semestinya sesama saudara (kakak-beradik) dalam satu keluarga besar hidup dalam persaudaraan yang diwarnai cinta, dan persatuan. Perjalanan hidup disertai dengan pengalaman yang telah terbentuk ternyata memadamkan hubungan persaudaraan karena kehilangan makna cinta. Perlakukan orang tua yang berlaku pilih kasih dan tidak bertindak dengan adil ternyata memicu rasa tidak suka dan menjadikan benih kebencian. Sangat kentara perlakuan Yakub sebagai ayah dengan memberikan jubah maha indah kepada Yusuf, menimbulkan iri hati (kebencian) saudara-saudara Yusuf (ay. 4). Dari iri hati mulailah ketidak ramahan di tengah komunikasi yang terwujud. Kesempatan dalam kesempitan dipergunakan saudara-saudara Yusuf "untuk menghabisinya" saat ia disuruh Yakub ayahnya untuk mengunjungi mereka.

Sukacita yang seharusnya terjadi dalam perjumpaan itu berubah menjadi scenario tragis pada upaya penyingkiran. Tidak ada lagi rasa cinta di tengah persaudaraan setelah beberapa waktu mereka tidak bersama. Semestinya perjumpaan itu menjadikan mereka berbagi dan saling mendukung namun yang terjadi adalah rencana jahat. Munculah ide untuk menjual Yusuf dari pada membubuhnya.

Iri hati dapat terjadi dalam hidup siapapun. Untuk mematahkan agar tidak berkembang pada keadaan yang merusak, perlu ditumbuhkan kesadaran pada pemahaman akan rasa cukup dengan apa yang menjadi bagian bagi diri kita disertai dengan rasa syukur. Kalaupun kita diperlakukan secara tidak adil karena kita dianggap pembuat iri hati bagi pihak lain, belajarlah untuk berdamai dan menerima mereka tanpa mengingat masa lalu yang telah terjadi. Yusuf akhirnya menerima saudara-saudaranya di tengah mereka mengalami kesulitan dan menyambutnya dengan tulus pada saat ia menjadi raja muda di Mesir. Amin. (SRS)