Waktu itu rupanya bangsa Israel merupakan bangsa yang eksklusif dan memandang rendah bangsa lain, karena menganut peraturan suci dan najis. Hal ini nampak dari perkataan Yesus menanggapi permintaan seorang ibu Yunani dari bangsa Siro-Fenisia. Si ibu dengan rendah hati sambil tersungkur memohon pertolongan Yesus untuk mengusir setan yang tengah menguasai anaknya. Tapi Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing" (ayat 27). Dalam padangan Yahudi Orang Israel adalah anak Allah sedangkan orang Siro-Fenisia bukan anak, bahkan direndahkan seperti anjing, sehingga belum berhak menerima anugerah (roti) Allah. Namun jawab perempuan Siro-Fenisia sungguh memperlihatkan kerendahan hati dan keyakinannya bahwa dia berhak menerima roti sisa, keterbukaan pikiran dan hatinya untuk rela menerima sisa anugerah Allah sungguh indah merupakan iman yang tulus (baca Matius 15:28). Luluslah perempuan itu dari ujian imannya dan kata Yesus kepadanya: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu" (ayat 29). Iman perlu mengalami ujian untuk menyatakan ketulusannya, sekalipun oleh penghinaan yang sadis.

Ternyata anugerah Allah juga tersedia untuk memulihkan tubuh yang cacat. Seorang tuli dan gagap juga dipulihkan Yesus, lalu dapat berkata-kata dengan baik. Anugerah Allah tersedia untuk pemulihan utuh (holistik) yang meliputi badan, jiwa dan roh manusia. Semuanya itu berasal dari Allah yang berkuasa atas segala-galanya, maka hanya Allah dalam Yesus Kristus yang mampu memulihkan secara utuh. Kita yang tulus beriman harus mau terbuka mengalami pemulihan yang utuh dari anugerah Allah dalam Yesus Kristus, baik dalam perkataaan, perbuatan, maupun pekerjaan kita, sehingga selalu tabah dalam mengalami ujian iman apa pun, sebagai kesaksian bahwa Yesus telah menjadikan segala-galanya baik. (JHW)