Siapa Naaman? Seorang panglima raja Aram, seorang terpandang dan disayangi tuannya. Naaman adalah seorang dikasihi oleh Tuhan, sekalipun ia orang Aram yang bukan Yahudi, melaluinya, Allah memberi kemenangan kepada orang Aram. Keberadaannya di tengah-tengah kehidupan bersama orang Israel tidak diterima dengan tulus, karena pahlawan orang Aram ini mengalami sakit kusta. Penyakit ini dipahami oleh orang Israel bahwa itu kutukan Allah, karena dosa. Pemahaman yang demikian membuat kehidupan seorang yang mengalami sakit seperti Naaman, menjadi terasing di tengah-tengah hidup orang lain. Hal ini pasti membuat Naaman mengalami keadaan yang tidak mudah, dikucilkan, diasingkan,.
Keadaan ini menarik perhatian seorang anak perempuan, pelayan istri Naaman. Dalam cakapnya anak perempuan itu menyampaikan apa yang ia imani dan apa yang ia tahu. “Nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya” (ay 3) Pernyataan anak perempuan itu, merupakan ungkapan iman yang ia saksikan kepada istri Naaman, tentang seorang nabi Allah yang mampu menyembuhkan, itulah yang ia imani dan memberi pengharapan bagi istri Naaman . Tanpa ragu istri Naaman menyampaikan apa yang diungkapkan anak perempuan, pelayannya. Naaman mendengar istrinya, kemudian ia menceritakan kepada Raja Aram.
Kisah ini berlanjut sampai pada nabi Elisa, nabi Allah yang menyembuhkan dan mentahirkannya. Ketika ia diminta mandi tujuh kali di sungai Yordan, Naaman menjadi gusar dan pergi meninggalkan Elisa. Dalam keraguan Naaman, para pegawai-pegawai yang mengiring dia meyakinnya. Dalam keyakinannya, Naaman mandi tujuh kali di sungai Yordan dan pulihlah tubuhnya dan ia menjadi tahir. Puncaknya Naaman berkata: “Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel.” (5:15).
Ungkapan iman Naaman setelah ia disembuhkan dan menjadi tahir adalah suatu ungkapan sukacita dan syukur atas kuasa dan kasih Allah yang memulihkan dan menyembuhkan hidup Naaman. Ungkapan iman seorang anak perempuan, seorang pelayan adalah suatu pernyataan iman yang menghidupkan dan memberi harapan di tengah kesulitan dan pergumulan Naaman dan istrinya, iman yang tulus ikhlas ditunjukkan bagi tuannya dengan tidak menghakimi, tapi dengan kasih dan rasa hormat dalam ketertundukan. Ungkapkan imanmu! (LZJ)