”Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh!”, merupakan semboyan andalan dalam rangka mempertahankan persatuan sekaligus menggambarkan akibat dari absennya persatuan yaitu keruntuhan. Apalagi jika suatu kelompok sedang menghadapi persoalan, tantangan atau musuh bersama.

Sebelum berpisah dari para murid, Yesus juga pernah mengucapkan doa yang sejiwa dengan semboyan tadi. Doa Yesus sederhana tapi mendalam: supaya murid-murid masa itu dan masa depan menjadi satu (ay. 21). Bagi Yesus, kesatuan ini pertama-tama bukan karena ada persoalan, tantangan, atau musuh bersama, melainkan karena kesatuan adalah cerminan kehidupan Allah Tritunggal!

Mari kita kutip ayat 21 secara menyeluruh: “supaya mereka menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Kesatuan murid Kristus segala masa – mulai dari masa lalu, kini dan nanti – yaitu kita sebagai gereja adalah cermin dari kesatuan dinamis antara Bapa dan Anak-Nya Yesus Kristus dalam persekutuan dengan Roh Kudus.

Lebih dahsyat lagi, karena nyatalah dari doa Yesus bahwa kita dilibatkan dalam kehidupan Allah Tritunggal (“agar mereka juga di dalam Kita”). Kita menjadi bagian dalam kehidupan Allah Tritunggal. Dan di sinilah identitas kita sebagai gereja di tengah dunia menjadi relevan: Gereja adalah cerminan Allah Tritunggal. Darimana dunia mengenal Allah Tritunggal Mahakasih? Ya dari gereja yang mencerminkanNya. Berhasilkah kita mencerminkan Allah Tritunggal melalui kesatuan dan persatuan kita sebagai murid-murid Kristus? Mari, kita ingat bersama bahwa kesatuan murid-murid Kristus punya tujuan, yaitu “supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”

Apakah kesatuan kita sebagai gereja telah membuat orang percaya, atau jangan-jangan sebaliknya, kita telah membuat dunia meragu bahwa Yesus betul-betul diutus oleh Bapa? Yang manakah kita?     (DWE)