Saat ini kita sedang menapaki minggu-minggu Adven. Minggu dalam masa penantian akan kedatangan kembali Sang JuruSelamat. Melalui pembacaan Firman Tuhan saat ini, kita diingatkan tentang bagaimana seharusnya kita bersikap dalam menghayati masa-masa penantian kedatangan kembali Sang JuruSelamat. Kita mengingat kembali bagaimana Allah begitu sabar menunggu kita untuk mengalami pertobatan (ayat 9). Pertobatan yang dikehendaki-Nya karena Dia akan datang kembali sesuai waktu-Nya sebagaimana yang telah dijanjikan-Nya. Allah sebagai sahabat dan Sang JuruSelamat kita, tidak pernah lalai untuk menepati janji-Nya. Seringkali justru kitalah yang lupa akan janji kita kepada Allah dalam menjalani kehidupan kita di dunia ini.

Dalam persiapan kita di minggu-minggu Adven, kiranya kita dapat menggunakan waktu untuk berefleksi tentang sikap sabar. Betapa kasih Allah yang sabar telah kita terima lebih dahulu. Allah telah memberikan kepada kita, maka kita pun diutus untuk menyatakan sikap sabar sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Menanti berarti hidup berinisiatif, melakukan banyak

 hal perubahan yang lebih baik sebagaimana yang dikehendaki-Nya dalam kehidupan kita. Pandanglah kesabaran Tuhan sebagai kesempatan atau waktu yang berharga bagi kita untuk mengubah hidup. Hati kita harus siap untuk mengadakan hal-hal yang positif. Walaupun banyak yang kita tidak dapat terima  dan menyakiti hati kita di dalam

seluruh aspek kehidupan kita, misalnya dalam pekerjaan, keluarga kita, dan

jemaat Tuhan terlebih lagi dalam masyarakat kita, kita harus memiliki kesabaran

dengan kerinduan untuk memperbaiki diri, memperbaiki kehidupan

keluarga, pekerjaan, sekolah kita, dan peduli terhadap sesama dan

semua mahkluk hidup di bumi.

Sikap penantian dengan kesabaran sekaligus aktif dapat usaha memperbaiki yang rusak, menguatkan yang lemah, menyatukan yang tercerai, merupakan sikap iman Adven yang dikehendaki Allah kita. Sabar tidak berati kita lemah, sabar tidak berarti kita bodoh namun sabar dalam Allah berarti memberikan waktu dan ruang agar Allah masuk dalam hidup kita, berperkara dan bertindak dalam setiap pergumulan hidup kita. Hal yang demikianlah yang membuat hati kita menjadi damai sejahtera, karena hati kita, sudah dipersiapkan agar Tuhan menguasai hidup kita dan Tuhan membimbing kjuga untuk kita dapat menjadi saksi bagi-Nya. Amin (WIT).