Tuhan murka. Itu berita yang disampaikan Yesaya. Kemarahan Tuhan terhadap Israel tentu saja bukan tanpa alasan. Dia sangat membenci kepalsuan yang ditunjukkan oleh umat-Nya itu. Mereka selalu datang beribadah dan mempersembahkan korban di Bait-Nya, namun melakukan berbagai kejahatan dalam hidup setiap hari. Sudah sepantasnya Israel menanggung hukuman atas dosa-dosa yang mereka perbuat. Akan tetapi, di sisi yang lain, Tuhan juga selalu setia pada janji pemeliharaan-Nya. Bukan kebinasaan yang diinginkan-Nya, melainkan kehidupanlah yang diperjuangkan-Nya. Tuhan tetap membuka sebuah kesempatan baru bagi umat supaya mereka dapat mengalami pengampunan dan keselamatan. Tuhan, yang adalah Allah perjanjian, tidak pernah menyangkali cinta-Nya.

Kita mungkin pernah atau sering bersikap seperti Israel yang rajin beribadah, namun mengecewakan, bahkan membangkitkan amarah Tuhan. Kita hidup dalam kepalsuan di hadapan Tuhan dan sesama. Melalui nubuat Yesaya ini, kita kembali disadarkan tentang sifat Tuhan yang selalu merangkul umat-Nya. Di antara murka dan cinta, Tuhan selalu mengutamakan cinta-Nya yang abadi.

Jika baju kesayangan terkena noda, kita mungkin sedih atau kecewa, lalu berusaha dengan berbagai cara untuk menghilangkan noda tersebut sampai baju itu bersih dan dapat dipakai kembali. Lebih dari sekadar baju, kita adalah ciptaan yang sungguh-sungguh disayangi oleh Tuhan. Dia tidak pernah membuang kita yang telah ternoda, atau lebih tepatnya menodai diri dengan berbagai hal yang jahat di mata-Nya. Tuhan pun tidak sekadar menyimpan kita bersama noda kehidupan kita. Dia berjanji akan membersihkan dan memulihkan kita secara total. Dosa yang pernah kita lakukan, apa pun itu, akan diampuni tanpa diingat-ingat lagi: yang merah seperti kirmizi akan menjadi putih seperti salju, merah seperti kesumba menjadi putih seperti bulu domba. Pengampunan Tuhan itu sempurna, tidak pernah meninggalkan bekas noda setitik pun.

Kita tahu betul bahwa tindakan pengampunan Tuhan itu sifatnya mutlak dan kekal. Namun demikian, kita juga diingatkan akan pentingnya kesadaran manusia untuk bertobat, mengubah cara hidup, serta berupaya melakukan segala hal baik yang memuliakan Tuhan dan mendatangkan kesejahteraan bagi sesama. Melalui segala perubahan positif itulah, pengampunan dan pemulihan Tuhan sungguh-sungguh kita alami. Ingatlah, orang yang mau berubah akan diubahkan oleh-Nya dalam pengampuan yang sempurna. (WBM)