Prinsip hidup Kristen mungkin berbeda dari cara pandang dunia pada umumnya. Kita diajarkan bahwa semakin hebat seseorang bukan terletak pada seberapa tinggi kedudukan dan prestasi yang dicapai, seberapa banyak harta yang dikumpulkan, seberapa luas pengetahuan yang dikuasai, seberapa besar kekuasaan yang diperoleh, seberapa harum nama baik yang ditebarkan, atau seberapa sering kita terlibat dalam kegiatan amal, melainkan seberapa sadar kita mengaktualkan kasih di dalam semuanya itu. Hal ini juga yang diingatkan oleh Paulus kepada jemaat di Korintus supaya mereka hidup dengan mempraktikkan kasih yang sejati (agape). Perkataan indah memang sedap didengar, namun belum tentu membangun. Rajin memberi itu baik, namun belum tentu membangkitkan syukur. Memiliki pengetahuan dan kekuasaan memang penting, namun belum tentu membawa sejahtera. Paulus menegaskan bahwa bukan perkataan manis atau pun perbuatan spektakuler manusia yang diperhitungkan Allah. Akan tetapi, hidup yang digerakkan oleh kasihlah yang berkenan kepada-Nya. Semua yang kita capai dan miliki di dunia akan lenyap, namun kasih tak akan lekang.

Mengapa kasih menjadi begitu penting dalam hidup orang Kristen? Dasar tindakan Allah menyelamatkan manusia dan seluruh dunia semata-mata adalah kasih-Nya. Kasih, yang adalah sifat Allah, telah dianugerahkan kepada kita. Kasih itu yang memampukan kita untuk membalas kasih Allah serta meyakini kuasa-Nya. Kasih kepada Allah menumbuhkan iman. Iman kepada Allah harus menjadi nyata di dalam tindakan kasih bagi sesama. Bunda Teresa pernah berkata, “Jika kita berdoa, kita akan percaya; jika kita percaya, kita akan mengasihi; jika kita mengasihi, kita akan melayani. Buah kasih adalah pelayanan, yaitu belas kasih di dalam aksi.” Kita bukan hanya disadarkan untuk berbuat baik, namun perlu mengisi, membungkus, serta mengikat semua perbuatan baik itu dengan kemurnian cinta dan kemurahan hati. Orang yang hidup di dalam dan oleh kasih tidak akan pernah mencari kebahagiaan sendiri. Kasih menggerakkan kita untuk peduli kepada sesama dan dunia, sehingga semakin banyak orang yang bersyukur karena mengalami kebaikan Tuhan melalui perbuatan kita. Hidup beriman tanpa kasih, bagaikan “robot ideologi” tanpa hati. Di samping itu, kasih jugalah yang membuat pengharapan kita terus bergelora bagi Allah. Pengharapan dalam kasih kepada Allah membuat kita akan sanggup bertahan sambil terus berbuat baik di tengah berbagai kondisi hidup yang kita alami.

“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu.

Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.

Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.

Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.

Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu,

mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” (ayat 4,5,7).

Selamat menyatakan hidup yang digerakkan oleh kasih! (WBM)