Saudaraku, pernahkah Saudara mengalami hal buruk dalam hidup Saudara? Pernahkah Saudara mengalami suatu peristiwa yang tiba-tiba datang tanpa Saudara kehendaki serta bayangkan sebelumnya dan situasi yang terjadi sangat menekan bagi jiwa, memunculkan kesesakan dalam hidup Saudara? Dan saat Saudara mengalaminya, masih dapatkah Saudara memandang TUHAN, bahwa Ia baik dan bahwasannya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya? Dan di saat-saat seperti itu Saudara masih meyakini, bahwa TUHAN di pihak Saudara? Kita tahu dan sadar betul, bahwa tidak mudah bagi kita memandang TUHAN dengan sikap dan keyakinan seperti itu, di saat kita ada dalam kesesakan, merasa ditinggalkan bahkan ditolak, merasa dibenci bahkan ingin dilenyapkan.

Apa yang diungkapkan pemazmur dengan berbagai situasi yang menyesakkan, bisa terjadi pada siapa saja dalam hidup ini, tidak terkecuali kita, bahkan Tuhan Yesus sekali pun mengalaminya. Banyak orang membencinya tanpa alasan, Ia mengalami situasi buruk ditolak, disiksa dan menderita sengsara luar biasa. Adakah kita mengalami suatu situasi kehidupan yang lebih buruk daripada yang dialami oleh Yesus Kristus, Guru dan Tuhan kita? Kita yakin, pasti tidak ada. Namun yang indah adalah semua Ia jalani dalam bingkai kasih setia-Nya Bapa, mewujudnyatakan kasih setia Bapa pada kita manusia. Ia sampai mati memikul derita itu. Setelah kematian-Nya, Ia bangkit, Ia tidak mati, Ia hidup. Kehidupan-Nya memberi pengharapan.

Saudaraku, kadang TUHAN ijinkan situasi menyesakkan datang menyelinap dalam kehidupan kita. Bagaimana kita bersikap saat situasi itu mau tidak mau harus kita alami? Tentu bukan patah semangat atau putus asa, bukan pula kecewa dan tak percaya akan kebaikan TUHAN. Sebab, jika demikian sikap kita, itu akan membawa kita pada kehancuran hidup, karena pada titik itulah kita mengalami kematian. Kematian bukan saja berarti kondisi tanpa nyawa, kematian bisa berarti saat kita tidak lagi punya pengharapan, akibat tidak lagi dapat merasakan dan tidak lagi percaya akan kebaikan dan kasih setia TUHAN.

Pribadi yang percaya pada TUHAN dengan segala kebaikan dan kasih setia-Nya tidak akan mengalami kematian itu. “Aku tidak akan mati”, serunya. Itu bisa berarti bahwa dalam situasi apa pun ia percaya akan perlindungan TUHAN, ia aman di tangan TUHAN. Seruan itu sekaligus juga menjadi ungkapan, bahwa spiritualitasnya, semangatnya, pengharapannya tidak akan mati sampai kematian daging datang menjemputnya. Ia akan menjadi pribadi yang senantiasa menceritakan kasih setia dan kebaikan TUHAN di sepanjang kehidupannya. “Aku tidak akan mati”, berarti tidak ada yang bisa menghentikanku, tidak ada yang bisa membungkamku, untuk menceritakan karya kasih TUHAN dalam kehidupanku, agar orang lain beroleh  pengharapan. (JW)