Integritas adalah keberadaan seseorang dengan mutu, sifat dan keadaan uang menunjukkan kesatuan utuh sebagai pribadi yang memiliki potensi dan kemampuan yang berdampak pada kewibawaan dan kejujuran. Seorang yang berintegritas akan menampilkan diri sebagai orang yang jujur dan tulus, antara ucapan dan tindakannya menyatu. Sedangkan kemunafikan menunjukkan keadaan yang sebaliknya, tidak adanya keselarasan antara ucapan dan tindakan.

Melalui bacaan Injil Markus 7:1-23, kita diperhadapkan pada ajaran Tuhan Yesus kepada orang-orang Farisi dan murid-murid-Nya tentang keberadaan mereka dalam memperjuangakan ritual, hati, perkataan dan tindakan sehari-hari. Orang-orang Farisi dan ahli Taurat selalu berusaha untuk mencari celah kesalahan Yesus dan murid-murid-Nya. Mereka datang kepada Yesus untuk mengajukan pelanggaran atas hukum kekudusan yang dilakukan oleh murid-murid-Nya. Persoalan pokok yang diajukan berkaitan dengan masalah kenajisan atas tangan yang tidak dibasuh pada saat makan. Apa yang dilakukan murid-murid Yesus dianggap oleh mereka sebagai penistaan atas adat istiadat yang sudah ditetapkan nenek moyang mereka. Menurut mereka, kenajisan akan menghalangi seseorang untuk beribadah kepada Allah. Atas pelanggaran itu murid-murid harus diusut dan dihukum.

Yesus tidak langsung memberikan jawab atas tuduhan para pemimpin Yahudi itu. Dia tidak menyalahkan atau membenarkan murid-murid-Nya. Yesus mengingatkan mereka akan nubuat Yesaya, bahwa mereka adalah bangsa yang munafik. Mereka menjadi orang-orang yang tidak sinkron antara perbuatan dan ucapan yang mereka sampaikan. Perintah Allah yang seharusnya mereka jalankan malah diabaikan, sedangkan aturan buatan nenek moyang yang tidak lain buatan manusia justru dijunjung tinggi. Yesus mengingatkan para pemimpin Yahudi bagaimana mereka menerapkan hukum Taurat seketat-ketatnya dengan cara memberlakukan aturan-aturan yang melebihi ketetapan yang ada dalam hukum Taurat itu sendiri. Aturan keagamaan ditujukkan kepada semua orang Yahudi termasuk mereka sendiri seharusnya menjadi pelaku bukan pengawas. Mereka seharusnya menjadi pelaku atas aturan yang dijalankan bukan lebih mementingkan orang lain untuk memberlakukannya. Apa yang dilakukan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat adalah kemunafikan belaka. Bagi Yesus sumber kenajisan justru terletak pada hati manusia. Tidak menyatunya apa yang ada di dalam hati dan tidak menerapkannya dengan tepat menjadi najis yang mengakibatkan kemunafikan.

Mari kita semua sebagai pengikut Kristus, nyatakanlah integritas diri kita sebagai orang beriman dengan memberlakukan firman-Nya dalam kehidupan nyata. Janganlah kita menjadi orang yang tidak menyelaraskan hati, pikiran dan tindakan kita sehingga mendatangkan kemunafikan. SRS