Namun, apakah yang terjadi? Ternyata, “mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka” dan “mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapa?pun juga karena takut.” Alih-alih pergi bersaksi, ketakutan telah membuat mereka lari dan berdiam diri.
Tidak sekali ini saja murid-murid Yesus mengalami ketakutan. Ketakutan murid-murid itu menunjukkan lemahnya iman mereka, yang pada gilirannya justru memisahkan mereka dari Yesus yang mereka imani. Yesus seperti tidak hadir di dekat mereka. Bagi ketiga perempuan itu, yang menguasai pusat emosi mereka pada saat itu adalah bahwa Yesus tidak hadir di kubur yang telah kosong. Dalam keadaan begini, bagaimana mungkin mereka dapat pergi bersaksi?
Lihatlah kehidupan kita sekarang ini. Seringkali kita juga bungkam dari mengabarkan tentang cinta Allah kepada orang-orang lain. Dalam berbagai keadaan, kita ternyata merasa lebih aman jika berdiam diri ketimbang pergi bersaksi. Mengapa? Banyak alasan dapat diberikan. Namun, bisa dikatakan, bahwa intinya adalah ketakutan akibat lemahnya iman kita, yang karenanya kita tidak dapat mengalami hadirnya Yesus dalam kehidupan kita.
Karena itu, kita semua sungguh memerlukan pemulihan yang membebaskan kita dari ketakutan apa pun. Kita butuh pemulihan dari Allah sendiri agar kita pergi bersaksi. Perkataan malaikat, “Jangan takut, Ia telah bangkit!”, mengungkapkan maksud dan tindakan Allah untuk memulihkan kita juga.
Yang perlu kita ingat adalah, jika karena takut kita tidak ikut dalam gerakan kesaksian tentang karya cinta Allah kepada dunia, gerakan itu tetap akan berjalan terus. Sebab, “Yesus sendiri dengan perantaraan murid-murid-Nya [yang lain, yang akan] memberitakan dari Timur ke Barat berita yang kudus dan tak terbinasakan tentang keselamatan yang kekal itu.”
Jadi, jangan sampai ketakutan membuat kita ketinggalan kereta!
Selamat Paskah! (LHP)