SIAP PUNYA SAHABAT DAN JADI SAHABAT
Kalau ditanyakan, apakah ingin punya “sahabat sejati”? Pasti sebagian besar kita akan menjawab: tentu saja! Kalau ditanya apa yang Anda harapkan dari seorang sahabat sehingga ia dapat dikategorikan sebagai sahabat yang sejati. Maka hampir dapat dipastikan maka jawaban akan meluncur lancar dari bibir kita sejumlah tindakan berkualitas yang kita harapkan dari seorang sahabat seperti: mau menerima kita apa adanya, mau mendengar, mau mengerti, mau memaafkan, mau peduli pada kesulitan kita, mau berbagi, mau jujur, mau terbuka, mau membantu tanpa syarat, mau ini dan mau itu terhadap kita dan akhirnya yang paling ultima mau berkorban! Harapan itu sah-sah saja dan sangat wajar.Karena tanpa kualitas tersebut, bagaimana dapat dikatakan sebagai sahabat, karena ia tidak mempunyai kualitas yang berbeda dari seorang teman biasa saja yang ukurannya adalah kepentingannya.
Memang memiliki sahabat sejati merupakan kerinduan dalam lubuk hati yang terdalam dari setiap orang bahkan sudah menjadi kebutuhan hidup. Dunia ini membutuhkan sahabat! Namun, rasanya tidak adil jika kita mengharapkan seorang sahabat yang baik, sementara kita sendiri tidak bisa menjadi sahabat yang baik.Salomo dalam kitab Amsal, "Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib." (Amsal 16 :28).Jadi, sebelum menuntut seseorang menjadi sahabat yang baik buat kita, apakah selama ini kita sudah siap dan mau menjadi sahabat yang baik buat mereka?
Model persahabatan yang sempurna sebenarnya bisa kita temukan dari awal manusia diciptakan. Sejak awal, kita sudah diciptakan sebagai pribadi yang sempurna, yaitu segambar dan serupa dengan Allah (Kejadian 1:26). Adam dan Hawa diciptakan sebagai seorang sahabat dan hidup tanpa kepura-puraan. Mereka tidak malu, padahal mereka telanjang! Mereka menerima satu dengan lainnya sebagaimana adanya dan bebas untuk mengasihi dan dikasihi. Dosalah yang membuat relasi sempurna antar manusia itu menjadi rusak.
Kesempurnaan persahabatan berikutnya dapat kita temukan dalam diri Kristus. Dia menyebut kita ini sahabat-Nya (Yohanes 15:15). Semua itu IA buktikan dengan mati bagi kita, sahabat-sahabat-Nya (Yohanes 15:13). Bahkan, Dia mati ketika kita dalam keadaan masih berdosa (Roma 5:8). Luar biasa, bukan? Di dalam Kristus, kita diterima dan dikasihi tanpa syarat.
Dalam pemahaman inilah, kita akan mempersiapkan diri memasuki minggu-minggu Adven 2014, yang akan dimulai dari tanggal 30 November hingga minggu sebelum Natal, menghayati masa persiapan menyambut datangnya Sang Juruselamat dunia, memperingati Natal 2014.
Kita hayati dan maknai bahwa mempersipakan diri menyambut Sang Juruselamat yang adalah Sahabat Sejati berarti kita mau menghayati dan mempersiapkan diri untuk memberitakannya melalui hidup kita, yang siap menjadi sahabat sejati bagi semua orang yang membutuhkannya, siap menjadi sahabat bagi dunia!