BAHAN PEMAHAMAN ALKITAB WILAYAH – SEPTEMBER 2023
Pembawa Damai (Matius 5:9)
A. Teks
Ayat |
TB |
TB-2 |
9 |
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. |
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. |
B. Penjelasan
Frasa ‘membawa damai’ diterjemahkan dari kata Yunani eirenopoioi yang artinya pembawa damai (orang yang membawa damai). Kata ini juga dipakai untuk menyatakan tenteram, tenang, yang suka damai atau cinta damai. Dari pengertian tersebut orang yang membawa damai, dapat juga diartikan orang yang membawa ketenteraman, orang yang membawa tenang. Kata eirenopoioi berasal dari dari kata eirenopoios (dari kata kerja eirenopoieo yang artinya berdamai). Eirenopoieo dapat diartikan seorang pembawa damai, yang dengan berani menyatakan ketentuan Allah yang membuat seseorang murni dan utuh, dalam arti sempurna sebagaimana adanya atau sebagaimana semula.
Kata eirenopoieo adalah gabungan dua kata yaitu eirene dan poieo. Poieo dapat diartikan melakukan,
membuat, membangun, bertindak, menyebabkan. Lalu kata eirene berarti kedamaian, ketenangan (termasuk ketenangan pikiran) dan dalam tradisi Yahudi, terutama bila ada perpisahan, kata ini dapat dimaknai doa perdamaian, yaitu doa agar mengalami kesehatan dan kesejahteraan secara individu. Kata eirene berasal dari kata eiro yang artinya menggabungkan; mengikat bersama menjadi satu. Sehingga eirene dengan tepat dapat diartikan keutuhan, yaitu ketika semua bagian penting disatukan. Juga diartikan damai sebagai karunia keutuhan dari Allah. Jika kata eirene disandingkan dengan kata syalom dalam Perjanjian Lama, maka eirene bukan hanya perdamaian, tetapi juga kesehatan, kesejahteraan, kemakmuran, kebahagiaan, damai sejahtera, kasih, kesetiaan, keadilan, kebaikan. Itu berarti orang yang membawa damai bukan hanya sekadar membawa damai tetapi lebih itu.
Jika dihubungkan dengan kata damai itu sendiri, maka pembawa damai adalah seseorang yang berusaha dan berjuang agar tidak ada lagi perang; tidak ada kerusuhan, tidak ada sikap bermusuhan atau permusuhan. Lebih dalam lagi seseorang yang berupaya dan berjuang agar terjadinya kerukunan diantara yang berselisih, yang saling berjauhan, yang penuh kebencian. Abineno menyebutkannya orang-orang “yang menciptakan perdamaian”.1 Brake menyebutkan bahwa orang yang membawa damai adalah membawa orang dalam rekonsiliasi dengan Allah2 di dalam dan melalui Yesus Kristus. Dalam lingkup GKI Kebayoran Baru, apa yang disampaikan Brake ini dupayakan melalui pengajaran dan didikan di kelas katekisasi, terutama bagi mereka yang belum percaya dan rindu mengenal dan percaya pada Tuhan Yesus Kristus. Wesley menyebutkan orang
yang menjaga perdamaian di mana pun dan memulihkannya. Ia menyediakan waktu untuk melakukan hal ini.3
1 Abineno, J.L. Ch., Khohbah Di Bukit: Catatan-catatan tentang Matius 5-7, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996, hlm. 25.
2 Braek, Andrew, Spiritual Formation: Menjadi Serupa dengan Kristus (terj: Ridwan Sutedja), Kalam Hidup, Bandung, 2014, hlm. 40.
3 Wesley, John, Khotbah Terbesar Sepanjang Masa: Menyingkap Rahasia Khotbah Yesus di Bukit (terj: Yakob Riskihadi), Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2012, hlm. 82.
Jika dihubungkan dengan ketentuan Allah, maka salah satu contoh yang dapat disebutkan adalah bagaimana mendamaikan pasangan suami istri (pasutri) yang tengah berkonflik, bahkan sampai pilihan perpisahan dan perceraian. Bahkan salah satu usaha agar setiap pasangan suami istri dapat lestari dalam relasinya adalah melakukan pembinaan pasca nikah, seperti yang sudah banyak dilakukan di lingkungan GKI, yaitu week end pasutri. Ini pun adalah salah satu upaya pembawa damai bagi pasangan suami istri. Juga apa yang disebut dengan program parenting, yaitu upaya membawa damai, agar setiap orangtua (ayah ibu), dapat mengasuh anaknya sesuai didikan Tuhan. Tentu contoh tersebut adalah contoh termudah membawa damai di lingkungan yang terdekat, yaitu keluarga, yang disebut juga sebagai gereja kecil. Ferguson menyebutkan bahwa di dalam persekutuan keluarga Allah, anak-anak Allah akan menemukan damai di antara mereka sendiri.4 Setelah membawa damai dari gereja terkecil kita, kita diutus atau merasul menjadi pembawa damai ke lingkungan yang lebih luas atau lingkaran yang lebih besar, yaitu masyarakat dan jemaat.
Tentu banyak contoh yang dapat diupayakan sebagai sikap dan tindakan membawa damai, namun lebih prioritas adalah membawa damai dalam lingkungan terkecil dan terdekat dengan kita. Hal ini sangat
berhubungan dengan istilah keluarga yang dipakai dalam perikop kita yaitu anak-anak. Orang yang membawa damai itu disebut sebagai anak-anak Allah. Kata ‘anak’ selalu dihubungkan dengan ikatan keluarga, yaitu seorang anak yang lahir dari kandungan ibunya, melalui keinginan dan cinta ayah ibunya (pasangan suami istri).
Sementara frasa ‘anak-anak Allah’ acapkali dihubungkan dengan orang percaya, yang menjadi anak Allah
karena dilahirkan kembali (diadopsi) oleh Bapa. Frasa ini menekankan keserupaan orang percaya dengan Bapa surgawi, yaitu semakin menyerupai tabiat dan karakter-Nya dalam kehidupan berimannya. Juga orang percaya yang hidup sesuai dengan sifat Bapa dan tujuan Allah Bapa.
Pertanyaan
1. Apa pandangan Saudara tentang ucapan bahagia ini, selama menjadi seorang Kristen? Rumit, Sulit atau Mudah? Bagaimana perasaan Saudara?
2. Berdasarkan pengalaman Saudara pribadi, upaya membawa damai seperti apa yang pernah Saudara perjuangkan? Ceritakanlah pengalaman Saudara!
3. Jika Saudara mengetahui ada pasutri atau orangtua anak atau kakak beradik sedang tidak utuh, apa reaksi Saudara, terlebih lagi mereka telah mengikuti pembinaan gerejawi tentang hal-hal tersebut? Apa upaya membawa damai Saudara untuk mereka? Sebutkanlah!
4. Sikap apa yang dibutuhkan bagi seorang pembawa damai yang disebut anak Allah berdasarkan pengalaman Saudara?